
TIKTAK.ID – Konfederasi Serikat Buruh Jerman (DGB) menyuarakan keprihatinan mendalam mereka atas kemungkinan larangan impor minyak dan gas Rusia yang saat ini sedang dibahas oleh pembuat kebijakan Uni Eropa sebagai bagian dari sanksi baru yang akan dijatuhkan Uni Eropa terhadap Moskow.
Menurut Kepala Aliansi Serkat Buruh, Reiner Hoffmann, embargo diperkirakan akan memukul ekonomi Jerman jauh lebih keras daripada ekonomi Rusia.
“Saya percaya bahwa menghentikan impor [energi] sama sekali tidak masuk akal,” kata Hoffman kepada penyiar Jerman ARD, seperti yang dilansir Russian Today.
Pejabat itu memperingatkan bahwa “konsekuensi ekonomi untuk Eropa dan Jerman akan jauh lebih serius daripada bagi Rusia”, sementara ia menyoroti bahwa larangan itu “tidak akan memengaruhi peristiwa di Ukraina”.
Selain itu, embargo pada pasokan energi Rusia “akan menyebabkan penurunan yang signifikan di pasar tenaga kerja” dan memicu “runtuhnya semua rantai pasokan”, jelas Hoffmann.
Pada Rabu kemarin, Jubir Pemerintah Wolfgang Buechner mengatakan bahwa pihak berwenang Jerman menentang embargo segera terhadap pasokan minyak dan gas Rusia. Ia menambahkan bahwa Kanselir Olaf Scholz telah berulang kali menunjukkan bahwa Pemerintah mengikuti strategi untuk secara bertahap mengurangi ketergantungan pada pasokan energi Rusia.
Menurut perkiraan Kementerian Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim, Jerman akan mencapai kemandirian penuh dari gas Rusia pada musim panas 2024, sementara pasokan batubara dan minyak Rusia diperkirakan akan diganti tahun ini. Namun, para pemimpin industri negara itu membantah angka-angka ini.
Pada tahun 2021, impor gas Eropa dari Rusia mencapai lebih dari 380 juta meter kubik (mcm) per hari melalui pipa, dengan total sekitar 140 bcm untuk tahun ini, menurut IEA. Tambahan 15 bcm dikirim dalam bentuk gas alam cair (LNG). Rusia menyumbang sekitar 45 persen dari impor gas UE dan 40 persen dari seluruh konsumsi gasnya.
Menurut data Statista, sejumlah negara di Eropa sepenuhnya atau100 persen tergantung terhadap suplai gas dari Rusia, seperti Bosnia, Moldova dan Macedonia Utara. Sementara Bulgaria mengimpor gas Rusia sebanyak 77 persen, Jerman 49 persen dan Prancis 24 persen.