“Yang mungkin saja tidak terperhitungkan kapan dan bagaimana bentuknya oleh AS dan negara lain sehingga tidak mustahil hal demikian akan bisa menimbulkan bencana dan malapetaka yang jauh lebih besar lagi,” terang Anwar Abbas lebih lanjut.
Selain itu, ia meminta agar beberapa negara adikuasa termasuk dengan Amerika tidak menggunakan cara yang kasar dan bahkan keji dalam merampungkan sebuah masalah. Sebab, cara-cara kekerasan dapat menimbulkan masalah baru yang lebih besar dan persoalan yang lebih rumit.
“Sehingga selain tidak mudah untuk menyelesaikannya, juga akan bisa menyeret dan merusak kehidupan rakyat dan masyarakat di negara lain karena naiknya harga minyak dunia dan terganggunya perdagangan internasional yang ada,” pungkas Anwar.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu Komandan Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran, Soleimani dikabarkan tewas setelah menerima serangan udara AS di Baghdad, Irak. Serangan tersebut dilancarkan melalui drone militer AS di kompleks Bandara Internasional Baghdad.
Menlu Iran, Javad Zarif, segera setelah mendengar kabar tewasnya Jenderal Soleimani, menulis di Twitter-nya: “AS telah melakukan aksi terorisme internasional, menargetkan dan membunuh Jenderal Soleimani, kekuatan PALING EFEKTIF dalam memerangi ISIS, Al Nusrah, Al Qaeda, dll.”
Memang, kekalahan kelompok radikal seperti FSA, Al Nusra, Jaish al Islam, hingga ISIS di Irak dan Suriah adalah berkat strategi dan tangan dingin Soleimani. Selama beberapa tahun terakhir ia membangun jaringan antiteroris yang bekerja sama dengan pemerintah resmi, baik di Suriah maupun Irak. Artinya, kehadiran Soleimani di Irak dan Suriah adalah atas restu pemerintah setempat.