Awal pekan ini, pemerintahan Boris memutuskan akan mengizinkan perusahaan telekomunikasi China, Huawei, untuk membangun jaringan 5G Inggris, meskipun berakibat masalah keamanan yang serius. Namun, Pemerintah Inggris mengatakan bahwa peran Huawei dalam proyek itu akan terbatas pada bidang-bidang tertentu yang tak berisiko bagi Inggris.
Dengan keputusan itu, ada satu orang yang tidak suka, yaitu Presiden AS Donald Trump. Apalagi dalam perang ekonominya dengan China, Trump saat ini sedang mencari kawan. Dan ketika Inggris meninggalkan Uni Eropa, dan sangat ingin menandatangani kesepakatan perdagangan -terutama dengan AS- Trump melihat peluang untuk menarik Inggris ke orbitnya.
Namun, Trump tampak terganggu saat ada berita Boris menerima jaringan 5G Huawei milik China di negaranya. Jika Boris memutuskan masalah Huawei terus dilanjutkan, hal ini akan membuat para pejabat kedua negara akan memberi perhatian sangat ketat. Keputusan apa pun yang diambilnya, akan menciptakan masalah jangka pendek secara langsung sebagai tindakan penyeimbangan kekuatan di Eropa sendiri antara AS dan China.
Baca juga: Parlemen Prancis Teken Aturan Anti-Limbah
“Prioritas utama Uni Eropa adalah hubungan seimbang antara dua negara besar, China dan Amerika,” kata Kepala Urusan Luar Negeri di Pusat Studi Kebijakan Eropa, Steven Blockmans.
“Jika Inggris memiliki hubungan yang lebih dekat dengan keduanya, itu bisa menciptakan masalah bagi Eropa,” tegas Steven.
Di sisi lain, Eropa juga memiliki hubungan yang rumit dengan Rusia. Banyak negara Uni Eropa mengandalkan investasi Rusia dan sumber daya alamnya, namun Eropa telah melemparkan sanksi atas tuduhan Rusia mencaplok Krimea secara ilegal dan dugaan serangan negara terhadap pembangkang Rusia yang tinggal di Eropa. Boleh dibilang yang paling terkenal dari kasus-kasus itu adalah keracunan Sergei Skripal di Inggris. Rusia telah berulang kali membantah terlibat hal itu.
Halaman selanjutnya…