Pada akhir 2018, sebuah video muncul tentang Pangeran Ahmed menghadapi pengunjuk rasa di luar kediamannya di London dan Ahmed tampaknya mengkritik Raja Salman dan putra mahkota soal perang di Yaman.
“Jangan salahkan seluruh keluarga … Yang bertanggung jawab adalah raja dan putra mahkotanya,” katanya. “Di Yaman dan di tempat lain, harapan kami adalah bahwa perang berakhir hari ini sebelum besok.”
Meskipun Pangeran Ahmed dengan cepat menarik kembali komentarnya dan bersikeras bahwa kata-katanya diambil di luar konteks, pesan dukungan dan janji kesetiaan mulai mengalir.
Pangeran Ahmed tidak menonjol sejak kembali ke Riyadh pada Oktober 2018 setelah dua setengah bulan di luar negeri.
Dia adalah satu dari hanya tiga orang di Dewan Kesetiaan, yang terdiri dari anggota senior keluarga Al Saud yang berkuasa, yang menentang Mohammed bin Salman menjadi putra mahkota pada Juni 2017, sumber sebelumnya mengatakan.
Baca juga: Empat Hari Pasca Perjanjian ‘Damai’, AS Bombardir Kelompok Taliban Via Udara
Gerakan Mohammed bin Nayef dilaporkan telah dibatasi dan dipantau sejak saat itu.
Orang dalam dan diplomat Barat di Saudi mengatakan, keluarga itu tidak mungkin menentang MBS karena Raja Salman yang kini berusia 84 tahun itu masih hidup mengakui bahwa ia tidak mungkin berbalik melawan putra kesayangannya.
Raja telah mendelegasikan sebagian besar tanggung jawab pemerintahan kepada putranya tetapi masih memimpin rapat kabinet mingguan dan menerima pejabat asing.
Penahanan anggota keluarga senior Kerajaan Saudi ini terjadi pada saat ketegangan meningkat dengan Iran dan ketika Pangeran Mohammed melaksanakan reformasi sosial dan ekonomi yang ambisius, termasuk penawaran publik perdana oleh raksasa minyak Saudi Aramco di bursa domestik pada Desember 2019 lalu.
Halaman selanjutnya…