Rusia segera merespons laporan itu pada Sabtu kemarin. Melalui akun resmi Twitter-nya, Kedutaan Besar Rusia di Washington DC mengecam tudingan intelijen Amerika itu dengan mengatakan laporan media itu tidak berdasar dan menggunakan sumber anonim.
Mereka menambahkan bahwa, klaim itu secara tidak langsung telah mengancam kehidupan staf Kedutaan Rusia di Washington DC dan London.
Bukan hanya Moskow, Taliban juga membantah laporan kolusinya dengan Rusia oleh New York Times. Juru Bicara Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan bahwa mereka tak memiliki hubungan seperti yang ditudingkan dan menyebut laporan itu sebagai sebuah upaya mencemarkan nama baik kelompok Taliban.
Baca juga: Kabul: Jelang Pembicaraan Damai, Taliban Malah Bunuh dan Lukai 400 Pasukan Afghanistan dalam Sepekan
“Tudingan kongkalikong Taliban dengan Rusia itu tak berdasar. Serangan-serangan yang kami lancarkan pada tahun-tahun lalu berdasar dari sumber daya kami sendiri,” katanya. “Target serangan berubah setelah ada kesepakatan dengan Amerika, dan kami menjamin keamanan mereka di Afghanistan dan tak menyerang mereka.”
Pada tahun lalu, sekitar 20 tentara Amerika tewas di Afghanistan, namun setelah dicapai kesepakatan Taliban dan Amerika pada Februari lalu, belum ada serangan Taliban ke posisi Amerika dan NATO di Afghanistan.
Tudingan ini muncul di saat Taliban dan Amerika sedang duduk satu meja untuk menandatangani perjanjian damai yang dimulai sejak Februari lalu. Perundingan itu membahas penarikan pasukan asing di Afghanistan, setelah hampir dua dekade didera konflik bersenjata dan pemberontakan.
Baca juga: Laporan PBB Ungkap Taliban Tetap Jalin Hubungan dengan Al-Qaeda
Pekan lalu, Perwakilan Khusus Amerika untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad mengatakan bahwa pembicaraan intra-Afghanistan semakin dekat dari sebelumnya setelah Kabul dan Taliban melakukan pertukaran tahanan yang signifikan.