Meski begitu, ia mengaku sebagai pemimpin seharusnya menjadi teladan, dan kedatangannya yang terlambat tidak dapat dijadikan alasan. Ia kemudian mengapresiasi kehadiran rektor dan mahasiswa.
Pagi tadi, Jokowi memang menggelar ratas bersama para menteri mengenai impor bahan baku baja dan besi. Jokowi meminta para menterinya serius memikirkan solusi memenuhi ketersediaan bahan baku bagi industri baja dan besi, agar tidak terus-menerus impor dari negara lain.
Pada 2018, besi dan baja berkontribusi sebanyak 6,45 persen dari total impor nonmigas nasional dengan nilai US$ 10,25 miliar. Jumlah tersebut berkontribusi pada defisit neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan.
Baca juga: Upaya Jokowi Kurangi Impor Migas Buahkan Hasil, NPI Surplus US$ 4,68 Miliar
Sedangkan pada 2019 (data year-on-year), nilai impor besi dan baja masih terus naik, yakni sebesar US$ 10,39 miliar. Jokowi menyatakan impor baja sudah masuk ke peringkat tiga besar impor Indonesia, dan tentu saja menjadi salah satu sumber utama defisit. Ia pun mengaku tidak dapat membiarkan hal itu terus terjadi.
Untuk itu, Jokowi meminta agar para menteri terus mendorong industri baja dan besi makin kompetitif dan produksinya makin optimal. Ia berharap terjadinya perbaikan manajemen korporasi serta pembaharuan teknologi permesinan terutama di BUMN industri baja terus dilakukan.
Baca juga: Hasil Survei: Ada 5 Menteri Jokowi yang Layak Dicopot. Siapa Saja?