
TIKTAK.ID – Pemerintah Afghanistan dan perwakilan Taliban mengumumkan pencapaian kesepakatan awal untuk melanjutkan pembicaraan damai, yang akan diawali dengan mendiskusikan tentang peta jalan politik untuk kedua belah pihak.
Dikutip dari RTnews, kesepakatan tertulis pertama antara kedua belah pihak menandai terobosan baru bagi negara yang telah dilanda perang hampir dua dekade itu.
“Prosedur yang disepakati itu, termasuk pembukaan negosiasi, telah diselesaikan dan sekarang dimulai dengan beberapa agenda,” kata Anggota tim Pemerintah Afghanistan, Nader Nadery, Rabu (2/12/20).
Perwakilan dari kantor politik Taliban di Doha, Qatar, Muhammad Naeem memposting pernyataan yang sama di akun Twitter-nya, sementara Juru Bicara kelompok Taliban, Zabihullah Mujahid, kemudian me-retweet-nya.
Kabul dan Taliban telah melakukan diskusi yang ditengahi oleh Amerika Serikat selama berbulan-bulan di Doha, namun di Afghanistan, anggota kelompok Taliban terus menerus menyerang pasukan Pemerintah. Situasi ini sempat membuat frustasi dan memunculkan kekhawatiran akan menganggu pembicaraan damai kedua belah pihak.
Perwakilan Khusus AS untuk Rekonsiliasi Afghanistan, Zalmay Khalilzad menyambut baik langkah yang diumumkan pada Rabu ini dan menyebutnya sebagai “tonggak penting,” dan menjelaskan bahwa dokumen yang disepakati di Doha mengatur “aturan dan prosedur untuk negosiasi mereka terkait peta jalan politik dan gencatan senjata yang komprehensif”.
Terobosan itu berarti bahwa “pihak-pihak yang bernegosiasi dapat menyetujui masalah-masalah yang sulit”, cuit Khalilzad, menambahkan bahwa “kemajuan cepat pada peta jalan politik” sekarang dibutuhkan.
Selama tahap awal negosiasi, Taliban menolak untuk menyetujui gencatan senjata, dan kelompok itu menolak isi pembukaan dokumen itu pada bulan lalu karena menyebutkan Pemerintah Afghanistan, yang oleh para Taliban dipandang sebagai boneka Washington.
Namun, kelompok Taliban kemudian membuat kesepakatan damai dengan AS pada 29 Februari, dan sebagai imbalannya, AS setuju untuk dilakukan penarikan semua pasukan AS dan NATO dari Afghanistan pada Mei 2021.
Taliban, yang digulingkan dari kekuasaan di Afghanistan oleh pasukan pimpinan AS pada 2001, juga mengatakan pada awal November bahwa mereka mengharapkan Presiden terpilih AS, Joe Biden untuk tetap berpegang pada perjanjian damai yang bertujuan mengakhiri perang di Afghanistan.