Gelagat jelas arah politik PAN muncul ketika Zulhas bertemu Jokowi di Istana Presiden pada Jumat (6/3/20) lalu. Meski tak spesifik membahas peluang PAN masuk Kabinet Indonesia Maju, pertemuan antara Jokowi dan Zul membuka jalan bagi PAN melenggang masuk ke lingkaran Pemerintah.
Pemerintahan Jokowi berpotensi obesitas dengan masuknya PAN, apalagi tidak ada lampu merah yang menghentikan langkah Zulkifli bergabung dengan koalisi Jokowi.
Sementara itu, partai pendukung Jokowi-Ma’ruf tak menyoal jika PAN ingin masuk ke barisan koalisi Pemerintah. Atas nama kebersamaan dan sinergitas nasional, mereka pun menyambut kedatangan PAN dengan tangan terbuka.
Baca juga: Rakernas PAN Ricuh, Jubirsus Gerindra: Kami Tak Ikut Campur
“Kita tunggu saja, semua ikhtiar untuk membangun kebersamaan dan sinergitas nasional harus kita sambut dengan gembira,” ujar Ketua DPP PDI Perjuangan, Hendrawan Supratikno, dilansir Merdeka.com, Selasa (10/3/20).
Anggota Komisi XI DPR ini mengklaim tak ingin menafsirkan pertemuan antara Jokowi dengan Zul pada 6 Maret 2020 lalu sebagai langkah awal bagi-bagi kursi Kabinet. Pertemuan tersebut dianggapnya sebatas silaturahmi antara kedua tokoh bangsa.
Hendrawan mengatakan tak mau berpikir terlalu jauh soal kabar PAN akan menerabas masuk Kabinet Indonesia Maju. Sebab, ia meyakini perlu pertimbangan panjang untuk memutuskan perlu tidaknya PAN masuk Kabinet.
Sedangkan Ketua DPP PKB Bidang Komunikasi dan Informasi, Ahmad Iman Syukri menyinggung bila PAN sebagai “penumpang terakhir” harus rela bila ada di posisi belakang.
“Biasanya orang yang masuk belakangan, harus menerima posisi belakang,” ungkapnya.
Predikat “penumpang terakhir” sudah melekat pada PAN sejak periode pertama kepemimpinan Jokowi. PAN masuk ke pemerintahan Jokowi pada 2015, usai membelot dari Koalisi Merah Putih yang digawangi Gerindra pada Pilpres 2014. Sebagai penumpang terakhir, PAN tetap diberi hadiah oleh Jokowi, yakni satu kursi menteri.
Baca juga: Jokowi Gusar, Gaya Komunikasi Menteri Terawan Soal Corona Bikin Masyarakat Tambah Resah