“Gangguan irama jantung ini diakibatkan dari pembentukan dan penjalaran impuls listrik, sehingga dapat menimbulkan denyut jantung yang tidak beraturan. Denyut jantung yang berdetak kencang disebut dengan takiaritmia, sebaliknya jantung yang melambat dikenal dengan bradiaritmia. Apabila aritmia tidak diangani dengan baik, maka akan dapat menyebabkan kerusakan otak permanen hingga menimbulkan kematian mendadak,” jelas dr. Yoga.
Menurutnya, cara menangani aritmia adalah dengan metode pemasangan Left Atrial Appendage (LAA) Closure. Strategi tersebut dinilai sebagai cara penanganan terbaik dalam mengurangi kemungkinan terjadinya penggumpalan darah di serambi jantung kiri. Kantung kiri yang sering mengalami pembekuan darah saat memasuki arteri atau pembuluh darah otak dapat dilakukan dengan penutupan kantung jantung kiri menggunakan alat kecil bernama watchman/amplatzer cardiac plug atau lariat.
Baca juga: Nyeri Dada Bisa Jadi Salah Satu Pertanda Sakit Jantung
Selain dengan metode LAA Closure, dr. Sunu Budhi Raharjo, PhD, SpJP (K) dokter spesialis Kardiovaskular RS MMC mengatakan bahwa aritmia dapat ditangani dengan metode Ablasi Kateter Elektronis, yang lebih ampuh untuk menyembuhkan total dan tidak hanya meringankan gejala, dengan tingkat keberhasilan sekitar 97 persen.
Ablasi merupakan tindakan medis dengan minim invasif (tanpa operasi) bagi penderita aritmia. Dengan menggunakan kateter elektroda yang akan dipasang di pembuluh darah vena atau arteri di lipatan pangkal paha ditujukan untuk ke jantung, ujung kateter elektroda akan menghancurkan sebagian kecil jaringan sistem hantaran listrik yang menganggu irama di jantung hingga normal kembali. Alat ini akan secara akurat mengidentifikasi sumber utama penyakit aritmia secara kasat mata.