Menyampaikan belasungkawa atas kematian penumpang pesawat Ukraina, Rabiei menekankan bahwa tidak ada pejabat Pemerintah yang mengetahui penyebab utama kecelakaan pesawat hingga Jumat (10/1/20) malam.
“Kami dituduh berbohong dan menyembunyikan kebenaran padahal sebenarnya tidak demikian. Banyak yang mengatakan saya berbohong dalam pernyataan saya yang dirilis pada Kamis (9/1/20) malam, tetapi kenyataannya adalah bahwa kami tidak berbohong. Apa yang saya katakan pada hari Kamis didasarkan pada pengamatan perang psikologis besar-besaran AS terhadap rakyat Iran, dan di sisi lain, itu didasarkan pada informasi yang tersedia bagi Pemerintah yang mengatakan bahwa rudal tidak memiliki peran dalam insiden itu.”
Rabiei juga meminta maaf kepada bangsa Iran dan jurnalis atas informasi yang sebelumnya sempat simpang-siur.
Penerbangan Ukraina International Airlines PS752 menuju Kiev jatuh beberapa menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Imam Khomeini di Teheran pada hari Rabu (8/1/20), menewaskan 176 orang penumpang di dalamnya.
Itu terjadi hanya selang beberapa jam setelah Iran melancarkan serangan rudal terhadap pasukan AS di Irak sebagai pembalasan atas pembunuhan AS terhadap Komandan Pasukan Quds dari IRGC, Jenderal Qassem Soleimani di Baghdad, yang dalam sepekan terakhir memantik protes dan hujatan keras karena dinilai melanggar hukum internasional.
Teheran pun secara kesatria sudah mengakui bahwa angkatan bersenjatanya secara tanpa sengaja menembak jatuh pesawat penumpang Ukraina tersebut dan siap bertanggung jawab penuh atas terjadinya kecelakaan itu.