Melansir Kompas.com, Puput menyatakan meski jumlah penumpang kendaraan umum meningkat, namun kemacetan di Jakarta belum juga berkurang. Itu artinya, kata Puput, yang bergeser menggunakam angkutan massal bukan kendaraan pribadi, tapi yang dulunya penumpang Kopaja lalu ganti MRT, dulu Metromini jadi Transjakarta, dulu APTB jadi pakai KRL.
Baca juga: Ikuti Aturan KemenPAN-RB, Anies Ancam Sanksi ASN DKI Ikut Reuni 212
Puput menilai hal itu tidak efektif, karena seharusnya pengguna kendaraan umum yang bergeser menggunakan angkutan massal. Puput juga mengungkapkan, tak menurunnya polusi udara Jakarta disumbang oleh masifnya pengguna sepeda motor di Ibu Kota.
Padahal, menurut riset KPBB yang rilis Agustus 2019 lalu, sepeda motor menyumbang 44,5 persen polusi udara Jakarta. Angka tersebut tertinggi di antara moda transportasi lain. Namun, penggunaan sepeda motor tak dibatasi oleh Pemerintah Jakarta, seperti dalam kebijakan perluasan ganjil-genap di 25 ruas jalan protokol. Otomatis tipis kemungkinan pengguna sepeda motor beralih ke angkutan massal.
Baca juga: Anies Baswedan dan DPRD DKI Jakarta Terancam Tak Gajian 6 Bulan Gara-Gara Ini