TIKTAK.ID – Belakangan ini beberapa warganet di Twitter mengungkapkan kegelisahan ketika mendapatkan berbagai pertanyaan basa-basi dari keluarga saat momen silaturahmi lebaran. Mulai dari pertanyaan “kapan nikah”, “kapan punya anak”, hingga “kapan bekerja”.
Warganet menilai pertanyaan tersebut kerap membuat mereka tidak nyaman. Bahkan akibat hal itu, beberapa warganet mengklaim dirinya anti-Lebaran.
Momen berkumpul dengan keluarga saat Lebaran, terkadang memang menjadi momen yang membuat was-was bagi beberapa orang. Mereka khawatir dicecar dengan berbagai pertanyaan pribadi. Bagi beberapa orang, momen kumpul keluarga pun menjadi tidak menyenangkan dan masuk dalam daftar pertemuan yang ingin dihindari.
Merespons hal itu, psikolog klinis Nuzulia Rahma Tristinarum dari Pro Help Center memberikan saran. Dia berpendapat dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan semacam ini, kita bisa saja bersikap santai dan menanggapi hal itu dengan bercandaan.
“Dibuat santai dan ditanggapi dengan candaan saja, contohnya jawab sambil tertawa ringan, ‘Ada deh. Mau tau apa mau tau banget?’,” ujar Rahma, seperti dilansir detikcom, Kamis (28/4/22).
Kemudian Rahma menyarankan untuk menyiapkan dulu pikiran dan perasaan sebelum bertemu dengan orang-orang yang basa-basi pertanyaannya justru menyakitkan hati. Menurutnya, kita perlu berusaha meyakinkan diri dulu, kalau mereka hanya tidak dapat membuka obrolan dengan baik dan tidak memahami pertanyaan yang dilontarkan.
“Atur pikiran dan perasaan sebelum bertemu orang-orang macam itu. Misalnya, anggap saja mereka hanya sedang berusaha membuka obrolan dan tidak paham bagaimana caranya, sehingga memberikan pertanyaan basa-basi seribu umat,” ucap Rahma.
Lebih lanjut, Rahma menyebut salah satu cara yang bisa dilakukan ketika menghadapi orang macam ini yakni mengingat momen bahagia dalam hidup, supaya bisa berfokus pada hal yang membuat kita bahagia dan berusaha menghadirkannya.
“Kemudian fokus saja pada hal-hal yang membuat kita senang pada saat itu. Jika tidak ada yang membuat senang ketika bertemu mereka, maka hadirkan memori bahagia yang pernah terjadi dalam hidup. Bayangkan peristiwa menyenangkan itu dan hadirkan lagi rasa bahagianya saat mengingat peristiwa yang bikin bahagia,” tutur Rahma.