“Belum ada (teroris) membawa satu ton bom kecuali saya. Ini sudah paling atas, kalau radikal itu paling atas,” kata Ali.
Namun ketika Ali menyaksikan kasus intoleransi yang dialami Ahok, ia heran bagaimana masyarakat Muslim bisa sampai seperti itu. Ali lantas berusaha meluruskan pemahaman yang salah seperti dalam kasus tersebut.
Ali menuturkan, toleransi itu adalah ajaran Islam. Sehingga, lanjutnya, orang yang intoleran berarti tidak mengikuti ajaran Islam.
Baca juga: Cawagub DKI dari PKS, Calon Wakil Anies tapi Rasa Ahok
“Toleransi adalah bagian dari akhlak Islam, kebhinekaan atau keberagaman ini sunnatullah. Hukum alam tidak bisa kita tolak dan tidak bisa ditentang, kalau kita menentang (keberagaman), berarti kita menentang sunnatullah,” terang Ali.
Meskipun Ali mengakui dirinya sebagai teroris memang termasuk radikal, namun ia tidak membenarkan intoleransi. Menurutnya, radikalisme merupakan teroris yang paling tinggi. Namun posisi intoleransi dan anti keberagaman masih di bawahnya.
Ia kemudian mengklaim yang dilakukan teroris tidak ada hubungannya dengan intoleransi, bahkan menerima adanya toleransi. Ia menyebut jika dirinya tidak menerima adanya keberagaman, tentu sudah banyak sekali yang ia bom.
Baca juga: Mencari Penguasa Ibu Kota Baru antara Kecocokan Jokowi-Ahok Vs Penolakan 212