Piter menuturkan, penguatan rupiah bak dua sisi uang koin. Ada positifnya, yakni membuat impor bahan baku atau penolong dan barang modal menjadi lebih terjangkau. Kemudahan impor dua kelompok itu akan mendongrak investasi dan penciptaan lapangan kerja.
Namun, Piter mengamini pernyataan Jokowi bahwa apresiasi rupiah yang terlalu cepat dan tajam juga mengandung risiko. Ia menyatakan meski impor bahan baku/penolong dan barang modal naik, jangan lupa impor barang konsumsi juga bakal lebih mudah saat rupiah menguat.
Piter menjelaskan, kalau rupiah menguat terlalu cepat, maka juga akan berbalik melemah lagi sangat cepat. Hal itu membuat pola ketidakpastian.
Baca juga: Jokowi Yakin Sandiaga Uno Gantikan Dirinya di Pilpres 2024, Pengamat: Prediksi Bagus!
Menurut Piter, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini memang masih jauh dari fundamentalnya. Meski begitu, penguatan yang terjadi terhadap rupiah patut diwaspadai. Ia berpendapat tidak masalah menguat sampai Rp13.000/US$, asalkan gradual.
Seperti diketahui sebelumnya, rupiah terus menguat. Pada awal 2 Januari 2020, rupiah dibuka di level Rp13.865/US$. Hingga 16 Januari 2020, rupiah terus menguat ke Rp13.635/US$. Penguatan rupiah itu hampir mencapai 2%.