TIKTAK.ID – Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) tampak gembira atas suksesnya kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel dan mengembangkan hilirisasi di dalam negeri. Kebijakan tersebut berhasil mendatangkan keuntungan nilai tambah hingga 18 kali lipat untuk Indonesia.
Jokowi pun mengklaim pelarangan ekspor nikel dan melakukan hilirisasi di dalam negeri membuat nilai ekspor nikel mengalami lonjakan yang signifikan. Untuk diketahui, dari 2017 sampai 2018 yang nilai ekspornya hanya US$ 1,1 miliar atau sekitar Rp19-20 triliun, melejit pada 2021 mencapai US$ 20,8 miliar atau Rp326 triliun (kurs Rp 15.700-an per US$).
“18 kali lipat kalau kita hitung nilai tambahnya,” ungkap Jokowi melalui Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi Tahun 2022, pada Rabu (30/11/22).
Baca juga : Menteri dari NasDem Sebut ‘Pemimpin Berambut Putih’ Cara Jokowi Cairkan Suasana Politik
Sebelumnya, kebijakan hilirisasi nikel menyebabkan Pemerintah Indonesia digugat oleh Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Akhirnya Indonesia harus menerima kekalahan atas gugatan itu.
“Ekspor bahan mentah sekali lagi walaupun kita kalah di WTO, urusan nikel ini digugat Uni Eropa kita kalah, tidak apa-apa kita sampaikan ke Menteri untuk Banding,” ucap Jokowi.
Lantas Jokowi menyampaikan alasan Uni Eropa menggugat Indonesia ke WTO terkait larangan ekspor bijih nikel atau bahan mentah Indonesia ke luar negeri. Dia menjelaskan, dengan larangan ekspor bijih nikel ke luar negeri, maka industri di Uni Eropa bakal mengalami gangguan.
Baca juga : Titiek Soeharto dan Habib Rizieq Hadir di Reuni 212
“Jika ada negara lain yang menggugat, itu haknya negara lain karena terganggu. Mengapa si Uni Eropa ini gugat karena industrinya banyak di sana. Nah kalau kita kerjain (hilirisasi nikel) di sini artinya di sana ada pengangguran, ada pabrik tapi industri tutup. Namun negara kita ingin jadi negara maju dan buka lapangan kerja,” terang Jokowi.
Jokowi melanjutkan, meski ada gugatan di WTO, pihaknya tidak akan mundur melakukan hilirisasi bahan mentah di dalam negeri. Dia menegaskan, Indonesia mampu menjadi negara maju dengan mengembangkan hilirisasi.
“Kalau digugat takut, mundur enggak jadi, ya tidak akan jadi negara maju. Saya sampaikan ke menteri terus, terus tidak boleh berhenti, tak berhenti di nikel tapi yang lain,” imbuhnya.