TIKTAK.ID – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri pelaksanaan Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang dilangsungkan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8/20) pagi. Namun Jokowi tampak berbeda dengan acara resmi kenegaraan biasanya, karena mengenakan kemeja hitam lengan panjang dengan balutan kain dan topi berwarna emas khas Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dosen Program Studi Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia, Daniel Hariman Jacob menyebut Jokowi memakai baju adat NTT dari daerah Sabu. Ia menjelaskan, pakaian adat NTT mulai dari atas kepala sampai pada kain adat yang dipakai oleh orang Sabu untuk laki-laki terdiri dari: Lehu (Destar) Selimut 1 Selimut 2 Sabuk (Dari Golo).
“Untuk perempuan hanya sarungnya saja, serta ada perbedaan pada saat mengenakan sarung,” ujar Daniel, seperti dilansir Kompas.com, Jumat (14/8/20).
Daniel mengungkapkan, ada perbedaan antara sarung bunga palem besar/Hubi Ae dan bunga palem kecil/Hubi Iki. Menurutnya, pada bunga palem besar/Hubi Ae, jenis dan motif sarung yang boleh dipakai adalah sarung Motif Raja atau Ei Raja dan bunga palem kecil adalah motif Le’do atau sarung Ei Ledo. Pada masa sekarang ini, lanjutnya, pakaian adat Sabu biasa dipakai di acara keluarga seperti pernikahan.
Sedangkan pada masa sebelumnya, Daniel menyatakan pakaian adat biasanya dipakai dalam setiap upacara adat Sabu. Antara lain upacara adat kelahiran anak, upacara si bayi turun tanah, asah gigi, dan kenoto (lamaran).
Ia pun menilai motif yang dipakai mempunyai makna tentang pulau Sabu sebagai pulau yang menyimpan berbagai macam kekayaan alam, terutama lontar dan kapas sebagai bahan mentah pembuatan kain adat Sabu.
Baca juga: MPR: Pidato Jokowi di Sidang Tahunan MPR Harus Beri Harapan, Kalau Tidak…
Ia memaparkan, ada pula motif yang disebut motif Kekama Haba atau Gagang Wadah menyadap lontar dan motif Petola. Tidak hanya itu, masih ada banyak lagi jenis motif yang disesuaikan dengan kekayaan alam yang ada di pulau Sabu.
Lebih lanjut, Daniel menerangkan tradisi menggunakan tutup kepala bagi pria telah berlangsung cukup lama. Ia menyampaikan terdapat dua jenis ikat kepala yang dikenal di pulau Sabu, yakni lehu (destar) dan lehu ketu (ketu adalah kepala).