Dia menggarisbawahi bahwa AS akan kehilangan kendali atas Irak setelah kekalahan ISIS dan pemilihan di parlemen negara itu.
“Washington kemudian berusaha menyeret Irak ke dalam perang saudara, dan menabur benih perselisihan antara Baghdad dan Teheran. AS sedang menuju ke pemilihan tanpa pencapaian nyata seperti yang diharapkan Trump.”
“AS ingin menarget tokoh sentral dalam poros perlawanan, sehingga mereka menarget Jenderal Soleimani,” komentar Nasrallah.
Pemimpin Hizbullah menyoroti bahwa jenderal tinggi Iran itu merupakan ancaman nyata bagi rezim Tel Aviv, tetapi para pejabat Israel tidak berani membunuhnya.
Baca juga: Demonstrasi di Sejumlah Kota Besar Amerika Kutuk Pembunuhan Qassem Soleimani
“Pembalasan atas pembunuhan Jenderal Soleimani telah dimulai di Iran dan Irak. Perhatian kini tertuju pada parlemen Irak yang menyetujui resolusi penarikan pasukan AS dari negara itu. Rakyat Irak tidak akan membiarkan pasukan AS bercokol di Irak. Pembalasan minimal adalah untuk membebaskan Irak dari kehadiran pasukan AS,” kata Nasrallah.
“Kesyahidan Jenderal Soleimani dan Muhandis akan memberikan motivasi baru untuk terus maju melawan AS dan rezim Zionis.
“Pembunuhan Soleimani berarti menargetkan seluruh poros perlawanan. Soal pembalasan, tidak ada sosok di pihak lawan yang sebanding dengan Jenderal Soleimani dan Muhandis,” kata Sekretaris Jenderal Hizbullah, yang juga menyatakan bahwa sepatu Soleimani lebih berharga daripada kepala Trump.