
Iyad Hallaq, sedang berjalan menuju sekolahnya, yaitu sebuah sekolah bagi mereka yang memiliki kebutuhan khusus di Kota Tua Yerusalem. Saat itulah dia kemudian dipanggil dan diberhentikan tentara Israel.
Dalam pernyataan resminya, petugas mengatakan bahwa mereka mencurigai Hallaq membawa senjata dan mulai mengejarnya ketika dia panik dan berlari. Hallaq kemudian bersembunyi di balik tempat sampah, hanya beberapa meter dari sekolahnya, dan di tempat itulah dia ditembak mati tentara Israel.
Departemen investigasi internal kepolisian Israel menyatakan sedang menyelidiki insiden itu. Menurut harian Israel Haaretz, sebuah sumber dalam penyelidikan mengatakan salah satu petugas -seorang anggota baru yang dipersenjatai dengan senapan serbu M16- diduga terus menembaki Hallaq meskipun telah diperintahkan oleh komandannya untuk berhenti.
Petugas yang sama mengatakan dia mencurigai Hallaq adalah “teroris” karena dia mengenakan sarung tangan, tambah Haaretz.
Hallaq didiagnosis mengidap autisme yang membuatnya seperti seorang anak kecil dan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan orang-orang. Menurut ayahnya, Khairy Hallaq, putranya memiliki kapasitas mental seorang anak berusia delapan tahun -dan tidak ada konsep realitas berbahaya bagi orang-orang di sekitarnya.
Hallaq memiliki dokumen khusus dari sekolahnya, yang telah dia hadiri selama enam tahun terakhir, yang menjelaskan ketidakmampuannya sehingga dia dapat membawanya sebagai bukti atas kondisinya kepada pasukan Israel. Dia membutuhkan dokumen itu karena dia tidak dapat menjelaskan kondisinya sendiri.
Baca juga: Presiden Abbas: Yerusalem Milik Palestina, Perjanjian Konspiratif Trump Tidak Akan Pernah Berhasil
Halaman selanjutnya…










