
Selain dukungan dari UEA dan Mesir, Haftar juga telah didukung oleh Arab Saudi dan Yordania.
Pada Desember, Guardian melaporkan terjadinya gelombang masuk 3.000 pria Sudan ke Benghazi untuk berjuang bersama Haftar dan menjadi tanda lain semakin panasnya situasi di Libya.
Kelompok GNA juga mendapat dukungan kekuatan internasional yaitu Turki. Ankara dikabarkan telah mengirim 2.000 tentara bayaran di Suriah dan Qatar ke Libya. Sebagian besar bantuan Turki diangkut melalui laut.
Baca juga: Otoritas Australia Selidiki Pejabat Senior Pengguna Senjata ‘Terlarang’
Ankara mengatakan pihaknya melakukan intervensi ke Libya, hanya ketika tingkat pasokan senjata yang disediakan untuk Haftar oleh para pendukungnya semakin meningkat. Sebab hal itu berarti Pemerintah Tripoli di ambang kejatuhan.
Konflik di Libya berawal ketika Kolonel Muammar Gadaffi digulingkan pada 2011. Kekosongan kekuasaan kala itu telah menarik kekuatan dari seluruh wilayah dan sekitarnya ke Libya.
Sementara dengan kondisi saat ini, para analis mengkhawatirkan pertempuran akan semakin intensif di Libya, dan akan semakin merusak kestabilan di Afrika Utara dan membengkaknya arus migran ke Eropa.










