TIKTAK.ID – Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Ariyo Bimo, buka suara mengenai pernyataaan politikus senior PDIP, Panda Nababan yang menyebut Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, sebagai anak ingusan. Ariyo menilai hal itu sangat tidak etis dilontarkan oleh politikus senior.
Menurut Ariyo, Gibran sebagai orang nomor satu di Kota Solo telah berhasil mentransformasi Solo menjadi kota kreatif dan pertumbuhan ekonominya membaik. Ariyo mencontohkan, revitalisasi Solo Technopark Park, Taman Balekambang, dan IKM Mebel Gilingan.
“Hal itu luar biasa, bahkan mungkin jauh melebihi prestasi politikus-politikus senior lainnya,” ungkap Ariyo dalam rilisnya, Rabu (28/6/23), seperti dilansir Tempo.co.
Baca juga : PDIP Tegaskan Kaesang Harus Lewat Partai yang Sama dengan Keluarga Jika Ingin Maju Pilkada
Untuk diketahui, Panda Nababan sempat menuding Gibran anak ingusan, setelah menanggapi diskusi bersama Budi Arie Setiadi terkait putusan Mahkamah Konstitusi (MK) batas usia presiden jika di bawah 40 tahun. Budi menilai keputusan batas usia presiden di bawah 40 tahun tersebut memiliki konsekuensi politik, seperti potensi Gibran menggantikan posisi Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ariyo menjelaskan bahwa seharusnya politikus senior di PDIP malu kepada Gibran. Sebab, Ariyo mengeklaim politikus muda yang disebut “anak ingusan” itu justru punya prestasi yang tidak biasa.
“Masih muda saja sudah punya prestasi yang tidak biasa-biasa saja, daripada yang sudah senior namun belum punya prestasi apa-apa,” tegas Ariyo.
Baca juga : Ganjar Bertemu Anies Saat Haji di Makkah, PPP: Tak Bahas Politik
Menurut Ariyo, mestinya politikus senior berterima kasih kepada orang-orang muda seperti Gibran, yang masih muda tapi mau terjun ke politik guna membereskan masalah-masalah yang mungkin juga tak lepas dari ulah politikus senior.
“Kini waktunya yang senior untuk bertaubat dan introspeksi. Sudah saatnya Indonesia berpikir muda dan modern sebagaimana layaknya di negara maju,” terang Ariyo.
Ariyo menegaskan bahwa usia bukan lagi jaminan seseorang siap untuk memimpin atau tidak. Sebab, kata Ariyo, terbukti politikus senior malah melakukan korupsi.
Baca juga : Soal Isu Endorsement Jokowi di Pilpres, SBY: Tak Masalah Asal Tak Pakai Fasilitas Negara
“Di PSI yang dihargai adalah kerja dan gagasan, bukan lagi usia. Tidak pantaslah politikus senior PDIP menyebut Gibran sebagai anak ingusan,” imbuhnya.
Ariyo menyatakan, kalau PDIP tak mampu menghargai anak muda berprestasi, maka PSI dengan terbuka siap menerima putra sulung Presiden Jokowi tersebut sebagai kadernya.