“Siapa pun pemiliknya, menurut saya perangkat tersebut telah digunakan untuk tujuan-tujuan yang buruk, berpotensi merugikan kepentingan nasional dan mengancam kedaulatan kita,” katanya.
“Prioritas pertama adalah mengungkap siapa pemilik dan pengguna perangkat ini,” imbuh dia.
Jika memang pemilik perangkat itu telah ditemukan, sudah tentu Pemerintah mesti segera menyampaikan protes atas barang yang masuk ke wilayah teritori Indonesia itu.
Baca juga : Polri Akan Proses Hukum Importir Penimbun Kedelai
“Menggunakan saluran diplomatik untuk menyampaikan protes dan peringatan keras. Termasuk mengkaji kemungkinan adanya langkah hukum terhadap pihak-pihak yang terlibat,” kata dia.
Fahmi juga menilai sudah saatnya Pemerintah dan DPR berdiskusi untuk menentukan langkah apa yang mesti diambil demi meningkatkan keamanan dan menutup celah rawan yang bisa disusupi asing itu.
“Pemerintah dan DPR juga harus segera mendiskusikan langkah yang mesti diambil untuk meningkatkan kemampuan menutup celah rawan ini, dari aspek regulasi hingga kebutuhan perangkat deteksi dan penangkalannya,” kata dia.
Baca juga : Beda dengan Jokowi, Nikita Mirzani Tak Mau Disuntik Vaksin Buatan China
Diketahui, drone bawah laut mirip rudal yang kemudian dikonfirmasi sebagai seaglider ditemukan terapung di perairan Selayar, Sulawesi Selatan, akhir Desember 2020.
Seaglider itu memiliki panjang 2,25 meter dan dua sayap yang masing-masing berukuran 0,5 meter.
Kepala Staf Angkatan Laut, Marsekal TNI Yudo Margono pun telah meminta anak buahnya dalam kurun waktu satu bulan melakukan penyelidikan terhadap alat tersebut.
Data Oseanografi
Baca juga : Kapolda Jateng Tanggapi Kebebasan Abu Bakar Ba’asyir dan Distribusi Vaksin Sinovac
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan seaglider bisa digunakan untuk pengumpulan data oseanografi secara otonom dan mendukung riset di bawah permukaan laut.
“Alat ini adalah seaglider untuk pengamatan vertical profiling (profil vertikal) data oseanografi secara autonomous (otonom),” kata Deputi Kepala Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR) BPPT, Wahyu W Pandoe kepada Antara.
Data-data di bawah permukaan laut yang dikumpulkan antara lain berupa kedalaman, suhu, dan arus.
Baca juga : Polri Yakinkan Maklumat Kapolri Bukan Ancaman Bagi Insan Pers dan Media
Dari foto-foto penemuan seaglider tersebut, Wahyu menuturkan payload seaglider hanya berupa sensor-sensor oseanografi dan akustik, seperti sensor CTD, chlorophyl fluorometer, dan acoustic doppler current profiler (ADCP).
“Mungkin setelah dibongkar bisa kita identifikasi sensor apa saja yang terpasang,” ujarnya.
Parameter yang diukur oleh peralatan CTD terutama profil vertikal untuk salinitas, temperatur, densitas, dan kandungan oksigen (jika sensor oksigen terpasang). Sedangkan alat ADCP mengukur arus 3D (u, v, w).
Baca juga : Polri Siap Amankan Distribusi Vaksin Covid di Jateng
Untuk penelitian, data-data tersebut sangat diperlukan untuk memantau perubahan parameter salinitas, suhu, dan densitas secara vertikal dan horizontal.
Data itu berkaitan dengan Arus Lintas Indonesia (Arlindo) yang terkait dengan predecessor perubahan iklim, daerah penangkapan ikan, iklim maritim, termasuk prediksi penguatan musim El-Nino dan La-Nina. Sementara La Nina sedang terjadi saat ini.