Sementara senator Partai Demokrat Ed Markey menyebut, “Pembunuhan nyata Trump terhadap Soleimani adalah upaya peningkatan besar-besaran konflik dengan Iran yang disengaja dan tentu berbahaya. Presiden hanya akan membuat nyawa setiap pasukan AS dan warga sipil di kawasan berada dalam risiko langsung.”
Perwakilan Partai Demokrat dari New York dan Ketua Komite Dewan Urusan Luar Negeri Eliot Engel, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “saat ini kita sedang di ambang konfrontasi langsung di Timur Tengah. Serangan ini merupakan eskalasi besar-besaran dalam konflik AS dengan Iran dengan konsekuensi yang tidak terduga.”
“Akhirnya, serangan ini berjalan tanpa pemberitahuan atau konsultasi dengan Kongres. Keputusan yang tanpa melibatkan Kongres ini akan menimbulkan masalah hukum serius dan merupakan penghinaan terhadap kekuatan Kongres sebagai cabang pemerintahan yang setara,” tambah Engel.
Baca juga: Kedubes AS Diamuk Massa, Trump Perintahkan Tambah Serdadunya di Timur Tengah
Pelapor khusus PBB untuk eksekusi di luar pengadilan, Agnes Callamard, juga mengutuk pembunuhan Soleimani.
“Pembunuhan yang ditargetkan terhadap Qassem Soleimani dan Abu Mahdi Al-Muhandis adalah aksi paling melanggar hukum dan melanggar HAM internasional. Di luar konteks permusuhan aktif, penggunaan drone atau cara lain untuk pembunuhan tertarget hampir tidak pernah mungkin legal,” tulis Callamard di Twitter.
Sebelumnya, Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds dari Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), dan Abu Mahdi al-Muhandis, komandan kedua Unit Mobilisasi Populer (PMU) Irak, tewas dalam serangan udara AS di ibu kota Irak, Baghdad pada Jumat (3/1/20) dini hari.
Halaman selanjutnya…