“Siapa pun yang meletakkan kakinya di luar garis merah harus siap menghadapi konsekuensinya,” lanjutnya.
Televisi Pemerintah Iran menyebut dalam sebuah komentar terkait pembunuhan itu sebagai “salah perhitungan terbesar AS” sejak Perang Dunia II. “Orang-orang di wilayah itu tak akan membiarkan orang Amerika untuk tinggal di sana,” kata TV itu.
Serangan udara AS itu juga menewaskan Abu Mahdi al-Muhandis, Wakil Komandan kelompok Popular Mobilization Forces (PMF) dan lima orang lainnya termasuk petugas protokol bandara PMF, kata pejabat Irak Mohammed Reda. Seperti Kata’ib Hezbollah, PMF juga bersama-sama tentara Irak melawan ISIS.
Trump yang tengah berlibur di Palm Beach, Florida merespons pembunuhan itu dengan mengirim twit bendera Amerika Serikat.
Baca juga: Kedubes AS Diamuk Massa, Trump Perintahkan Tambah Serdadunya di Timur Tengah
Serangan dramatis menandai titik balik potensial di Timur Tengah dan merupakan perubahan drastis bagi kebijakan Amerika terhadap Iran setelah berbulan-bulan ketegangan.
Ketegangan Teheran dan Washington kembali mencuat setelah Trump memutuskan menarik diri dari kesepakatan nuklir pada Mei 2018. Kesepakatan itu sebelumnya dibuat Presiden Barack Obama dan beberapa negara lain di dunia.
Pejabat AS mengatakan, serangan terhadap Soleimani, 62 tahun dikabarkan menggunakan pesawat tak berawak Amerika. Kemduian kendaraan yang ditumpanginya menabrak jalan akses di dekat bandara Baghdad.
Seorang pejabat senior keamanan Irak mengatakan serangan udara itu terjadi di dekat area kargo setelah Soleimani meninggalkan pesawatnya dan bergabung dengan al-Muhandis dan yang lainnya di dalam mobil. Pejabat itu mengatakan pesawat tanpa awak itu terbang dari Libanon atau Suriah.
Baca juga: Kedubes AS di Baghdad Dibakar Massa
Halaman selanjutnya…