
TIKTAK.ID – Selandia Baru meluncurkan laporan komprehensif tentang penembakan di masjid Christchurch tahun lalu yang menewaskan 51 Muslim yang dibantai, pada Selasa (8/12/20).
Dikutip dari The Associated Press, laporan sekitar 800 halaman itu merinci kegagalan sistem kepolisian Selandia Baru untuk memeriksa izin kepemilikan senjata, dan Badan Intelijen Selandia Baru terlalu fokus pada ancaman yang ditimbulkan oleh ekstremis Islam dengan mengabaikan ancaman lain termasuk supremasi kulit putih.
Laporan itu juga memuat 44 rekomendasi, mengatakan Pemerintah harus membentuk Badan Intelijen Nasional yang baru.
Selandia Baru saat ini memiliki satu Badan Intelijen yang berfokus pada ancaman domestik dan satu yang berfokus pada ancaman internasional. Seringkali Badan-badan tersebut berfokus pada acara-acara langsung seperti menjaga keamanan para tamu kehormatan.
Laporan tersebut merekomendasikan pembentukan Badan Intelijen baru yang didanai dengan baik, lebih strategis, dan dapat fokus pada pengembangan strategi kontra-terorisme.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern mengatakan Pemerintah telah setuju untuk menerapkan semua rekomendasi dan meminta maaf atas kekurangan lembaga.
Segera setelah serangan itu, Ardern membantu mendorong Undang-undang baru yang melarang jenis senjata semi-otomatis paling mematikan.
Tetapi pemimpin oposisi konservatif Selandia Baru, Judith Collins mengatakan rekomendasi laporan itu perlu dicermati dan harus melangkah hati-hati untuk melindungi hak dan kebebasan warganya.
Sementara itu Juru Bicara Asosiasi Muslim Canterbury, Abdigani Ali mengatakan kepada wartawan di Christchurch bahwa komunitasnya seharusnya diamankan.
“Laporan tersebut menunjukkan bahwa prasangka institusional dan bias yang tidak disadari ada di instansi Pemerintah dan perlu diubah,” katanya.
Brenton Tarrant, 30 tahun, warga Australia, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada Agustus tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat setelah mengaku bersalah atas 92 dakwaan terorisme, pembunuhan, dan percobaan pembunuhan.
Laporan tersebut juga merinci perjalanan dunianya yang luas, tetapi juga menunjukkan bahwa dia hampir tak memiliki interaksi yang berarti dengan orang-orang di Selandia Baru karena dia adalah seorang introvert dan pengangguran.
Sejak anak-anak Tarrant memiliki akses internet tanpa pengawasan dan tertarik pada video game sejak usia enam atau tujuh tahun, kata laporan itu.
Dia mulai mengungkapkan ide-ide rasis sejak usia muda dan memberi tahu ibunya bahwa dia mulai menggunakan forum internet 4chan sejak usia 14 tahun.
Tarrant mengatakan kepada penyelidik bahwa meskipun dia sering mengunjungi ruang diskusi sayap kanan yang ekstrem di situs web seperti 4chan dan 8chan, namun dia mengaku YouTube menjadi sumber informasi dan inspirasi yang jauh lebih signifikan.