Suko Widodo, pengamat komunikasi politik dari Universitas Airlangga Surabaya menyebut kisruh Risma-Khofifah tidak produktif dalam menangani persoalan wabah Corona di Jawa Timur.
Baca juga : Soal Diskusi Pemberhentian Presiden di UGM, Mahfud MD Tak Masalah dan Minta yang Diteror Melapor
Lagi pula, kata dia, Kepala Daerah tak seharusnya mengumbar perselisihan secara terbuka ke tengah publik.
“Komunikasi yang sifatnya emosional kurang tepat digunakan dalam menghadapi permasalahan. Karena enggak semua pesan-pesan oleh pejabat negara itu semua harus dilempar ke publik,” kata Suko kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (30/5/20)
Ia menjelaskan pemimpin punya etika untuk tidak menceritakan dan berkeluh kesah kepada rakyat tentang problem yang dihadapinya saat menyelesaikan persoalan tertentu. Pemimpin seharusnya bisa mencari jalan keluar dan solusi terbaik bagi kemaslahatan masyarakat.
Baca juga : Anies Tunjuk Dirut TransJakarta Baru, PDIP: Jangan Lagi Asal Tunjuk
“Rakyat sedang membutuhkan pertolongan, jadi perkara kesulitan-kesulitan pemimpin harusnya enggak perlu disampaikan ke publik. Rakyat butuh hasil nyatanya saja,” kata Suko.
Kemarahan yang dipertontonkan ke publik, diduga Suko bertujuan untuk mencari simpati dari masyarakat, terutama dari para pendukungnya. Dengan mendapat simpati, pemimpin bisa mendulang dukungan dari setiap sikap yang diambil. Namun Suko tak yakin cara ini manjur di tengah kondisi Jatim yang tertatih ditimpa wabah Corona.
Suko menyebut yang dibutuhkan warga saat ini adalah kerja nyata dan pertolongan cepat dari pemerintah untuk menekan angka penyebaran Corona yang makin hari makin naik jumlahnya.
Baca juga : Jokowi Akan Bangun Kereta Cepat Jakarta–Surabaya
Data resmi Pemprov Jatim per Sabtu (30/5/20), terdapat 4.409 pasien positif Corona. Dari jumlah itu Kota Surabaya memiliki pasien positif Corona sebanyak 2.394 orang.
Halaman selanjutnya…