
Wawancara Reuters dengan dokter dan perawat di Amerika Serikat pekan lalu mengatakan bahwa mereka atau kolega mereka telah mengalami kombinasi panik, kecemasan, kesedihan, mati rasa, lekas marah, susah tidur, dan mimpi buruk.
Di luar sektor kesehatan, laporan WHO mengatakan banyak orang tertekan akibat dampak kesehatan langsung dan konsekuensi dari isolasi fisik. Sementara yang lain takut akan terinfeksi, dan kehilangan anggota keluarga.
Dari sisi ekonomi, jutaan orang menghadapi kekacauan, kehilangan atau berisiko kehilangan pendapatan dan mata pencaharian mereka. Ketidakjelasan informasi, desas-desus tentang pandemi dan ketidakpastian mendalam terkait berapa lama wabah akan berlangsung membuat orang-orang cemas dan putus asa mengenai masa depan mereka.
Baca juga: China Rilis 24 ‘Tuduhan Tak Masuk Akal’ Politisi AS Soal Virus Corona
Laporan ini menguraikan poin tindakan yang harus diambil pembuat kebijakan dengan tujuan “untuk mengurangi penderitaan besar di antara ratusan juta orang dan mengurangi biaya sosial dan ekonomi jangka panjang bagi masyarakat”.
Termasuk harus melakukan perbaikan layanan psikologis, dengan menyediakan “kesehatan mental darurat” melalui terapi jarak jauh seperti tele-konseling bagi petugas kesehatan di garda terdepan. Layanan kesehatan mental ini juga harus bekerja secara proaktif kepada orang-orang yang diketahui mengalami depresi dan kecemasan, serta bagi mereka yang berisiko tinggi dalam rumah tangga. Seperti kasus kekerasan dan pemiskinan akut.










