Pengurus Pusat di bawah arahan Romahurmuziy atau Rommy sebagai Sekretaris Jenderal kala itu memberhentikan Suryadharma. Tetapi Suryadharma tidak terima dan balik memberhentikan Rommy.
Baca juga : Sekjen Gerindra Blak-blakan Ungkap Alasan Prabowo Dukung Gibran pada Pilkada Solo
Kubu Rommy lantas mengadakan Muktamar di Surabaya. Hasilnya, Rommy terpilih sebagai Ketua Umum.
Suryadharma yang memilih oposisi, Rommy lebih memilih memberikan dukungan kepada pemerintahan Jokowi-JK.
Kubu Suryadharma mengadakan Muktamar di Jakarta yang menjadikan Djan Faridz terpilih sebagai Ketua Umum.
Walaupun akhirnya, PPP Kubu Rommy yang dapat kesempatan menjadi peserta Pilkada 2017.
Saat Rommy ditangkap KPK pada Maret 2019 dan digantikan oleh Suharso Monoarfa, perselisihan PPP kian reda. Anggota PPP kubu Djan Faridz lambat laun merapat ke PPP di bawah kepemimpinan Suharso.
Baca juga : Erick Thohir Copot Dirut Asabri, Benarkah Ada Campur Tangan dan Deal Khusus dengan Prabowo?
Hanura
Pada awal 2018 menjadi babak awal perselisihan, kala Ketua Umum Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) memberhentikan Sekjennya, Syarifuddin Sudding.
Sebaliknya, Sudding juga memecat OSO dari posisi Ketua Umum, mengacu mosi tak percaya dari lebih dari 400 DPC dan 27 DPD.
Pemberhentian OSO itu diputuskan melalui Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) yang diselenggarakan pada 18 Januari 2018 di kantor DPP Hanura, Cilangkap, Jakarta Timur.
Baca juga : Menkumham Sahkan Partai Berkarya Kubu Muchdi, Begini Kata Loyalis Tommy
Tetapi, SK Kepengurusan Menkumham terbit untuk OSO.
OSO akhirnya memimpin Hanura menjadi peserta Pemilu 2019.
Walau begitu, Hanura tak berhasil melenggang ke DPR lantaran kurang memenuhi ambang batas parlemen.
Sedangkan, Sarifuddin Sudding pada Pemilu 2019 mencalonkan diri melalui Partai Amanat Nasional dan terpilih menduduki kursi anggota DPR.
Baca juga : Anies: Jakarta Paling Demokratis se-Indonesia!
Partai Berkarya
Partai Berkarya terbelah sesudah beberapa kader mengadakan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) pada 11 Juli 2020.
Munaslub itu memutuskan Muchdi Purwoprandjono sebagai Ketua Umum dan Badaruddin Andi Picunang sebagai Sekretaris Jenderal.
Namun, kubu Tommy Soeharto menolak hasil Munaslub tersebut.
Baca juga : Prabowo ‘Capres Terkuat’ 2024 Menurut 6 Lembaga Survei
Pada akhirnya, Menteri Hukum dan HAM mengesahkan Partai Berkarya kepengurusan Muchdi Pr dan Badarudin.
Pada mulanya dualisme, Tommy Soeharto dan Muchdi Pr berselisih pandangan dalam Pilpres 2019.
Kala itu, Tommy mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Sedangkan Muchdi memberikan dukungan kepada Jokowi-Ma’ruf Amin.