
“Ada tradisi emas dari Tontowi-Liliyana pada tahun 2016. Saya dan Mely (sapaan Melati) memiliki keinginan untuk meneruskan tradisi emas itu,” ujar Praveen Jordan, seperti dikutip Kompas.com dari Badminton Indonesia.
Meski begitu, tidak bisa dipungkiri bahwa perjuangan Praveen Jordan-Melati Daeva Oktavianti untuk meraih prestasi tertinggi pada Olimpiade akan lebih berat ketimbang Tontowi-Liliyana. Sebab, persiapan mereka terganggu pandemi virus Corona alias Covid-19. Tidak hanya ada hal-hal yang berubah saat menjalani latihan, Praveen-Melati juga kehilangan momentum dalam berkompetisi.
Seperti diketahui, usai All England Open 2020, Federasi Bulu Tangkis Dunia (Badminton World Federation/BWF) menangguhkan seluruh jadwal turnamen mereka. BWF kemudian merencanakan memulai kalender kompetisi 2020 dalam beberapa bulan ke depan.
Sedangkan turnamen Hyderabad Open 2020 yang rencananya diadakan pada 11-16 Agustus mendatang terpaksa dibatalkan karena ketentuan yang diterapkan Pemerintah India terkait Covid-19. Kemudian Lingshui China Masters 2020 hingga saat ini masih tercantum di kalender BWF dengan tanggal penyelenggaraan 25-30 Agustus 2020.
Baca juga: Lolos ke Ajang Paralimpiade Tokyo 2020, Pembalap M Fadli Bangkit Usai Amputasi










