
TIKTAK.ID – Presiden Nicolas Maduro berhasil merebut kendali penuh atas institusi politik Venezuela dengan kemenangan besar dalam pemilihan legislatif yang diboikot oleh partai oposisi.
Maduro dan sekutu sayap kirinya memenangkan 67,7 persen suara dengan lebih dari 80 persen surat suara dihitung, sementara blok oposisi yang menggelar boikot memperoleh 18 persen, kata Presiden Dewan Pemilihan Nasional Indira Alfonzo pada Minggu (6/12/20) malam, tulis Al Jazeera.
Jumlah partisipan pemilih cukup rendah dengan 69 persen abstain.
Kemenangan yang sudah dapat dipastikan pada Minggu itu memberi Maduro kendali di Partai Sosialis atas Majelis Nasional dengan memperoleh 227 kursi, sekaligus merebut satu-satunya badan resmi yang dipegang oleh oposisi.
Kemenangan tersebut memberi Maduro kendali atas bagian terakhir pemerintahan di luar genggamannya.
“Kami telah memulihkan Majelis Nasional dengan suara mayoritas rakyat Venezuela,” kata Maduro dalam pidato yang disiarkan televisi. “Ini adalah kemenangan besar tanpa keraguan bagi demokrasi.”
Majelis Nasional dipimpin oleh politisi yang disokong Amerika Serikat Juan Guaido, yang terus mendesak untuk menggulingkan Maduro dari kursi kepresidenan selama hampir dua tahun.
AS telah memimpin tekanan untuk menggulingkan Maduro dengan sanksi ekonomi, termasuk embargo minyak yang berlaku sejak April 2019.
Gerakan oposisi Guaido bahkan membuat referendumnya sendiri selama beberapa hari segera setelah pemilihan. Referendum sepihak ini akan menanyakan rakyat Venezuela apakah mereka ingin mengakhiri pemerintahan Maduro dan mengadakan pemilihan presiden baru.
“Meskipun saya tidak dapat menjanjikan solusi ajaib hari ini, saya dapat memberi tahu Anda dengan pasti dan aman: Anda tidak sendiri. Kami tidak akan menyerah,” kata Guaido dalam pesan video. “Kami akan memberikan segalanya sampai kami menang.”
Namun antusiasme awal yang menyambut dorongan Guaido untuk berkuasa telah memudar, dan para kritikus melihat taktik plebisitnya sebagai pertaruhan putus asa.
Guaido, 37, bahkan bersumpah untuk menggulingkan Maduro yang berusia 58 tahun pada awal tahun lalu. Dia mengklaim sebagai “Presiden Sementara” pada kepemimpinannya di Majelis Nasional, yang masa jabatannya secara resmi berdasarkan konstitusi berakhir pada awal Januari.