Sejarawan gaya Olivier Saillard memperingatkan masker adalah “aksesori yang kita semua ingin cepat singkirkan”.
Dia berpendapat bahwa agak vulgar untuk menghasilkan uang dengan menempatkan logo pada masker, katanya kepada AFP.
Sementara Dior, Saint Laurent dan Balenciaga yang telah memproduksi masker gratis bagi staf medis dan pekerja perawatan di Prancis, mereka enggan untuk melangkah lebih jauh.
Chloe, seorang desainer tas dan aksesori untuk sebuah rumah produksi fashion terkemuka di Prancis, mengatakan kepada AFP melalui jendela apartemennya di Paris bahwa dia telah diminta untuk membuat beberapa ide terkait desain masker.
“Ini rumit,” katanya. “Tapi kita bisa memakainya selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, jadi mengapa tidak menjadikannya sebagai benda jimat. Itu yang kita lakukan sebagai manusia.”
Baca juga: Beijing Siap Terima Penyelidikan Independen Terkait Asal-usul Virus Corona
Bagi antropolog Frederic Keck, di Barat, masker telah lama dianggap sebagai hal yang “kuno dan menindas”, sebuah prasangka yang sulit untuk dihilangkan.
Menutup wajah secara teknis adalah ilegal di Prancis dengan “larangan burqa” yang kontroversial, yang biasa dipakai perempuan Muslim.
Namun, dalam sebuah tulisannya di harian Prancis Le Monde, Keck membandingkan masker dan batasan Covid-19 yang dikenakan pada interaksi sosial saat ini dengan “munculnya rasa berdosa yang diakibatkan AIDS ketika bercinta” pada era 1980-an.
Terlepas dari semua kelemahannya, sejarawan Saillard melihat satu hal positif yang dapat ditarik dari keharusan mengenakan masker.
“Di era yang semuanya tentang ego … sedikit rendah hati mungkin tak semuanya buruk,” katanya.