Kondisi inilah yang menurut Rocky memicu persaingan antara PDIP dan Jokowi. Ia menilai Jokowi mengetahui bahwa dirinya tidak mungkin menguasai PDIP, sedangkan PDIP merasa Jokowi belum memenuhi seluruh hutangnya.
Hutang tersebut, lanjut Rocky, yakni jatah menteri dari kader PDIP di periode kedua pemerintahan Jokowi dan banyak soal lainnya.
Tak berhenti di situ, Rocky juga menilai baik PDIP maupun Jokowi tengah berupaya menguasai dua peralatan hukum negara. Yaitu PDIP memakai Kejaksaan sebagai peralatan politik, sementara Jokowi secara nyata telah menguasai KPK.
Baca juga: Jokowi Inginkan Sistem Senjata AWS, Mesin Pembunuh Otomatis yang Dianggap Kontroversial
Rocky menilai, dengan adanya kekuatan kedua tokoh besar tersebut, maka kedua peralatan hukum itu bisa saling menyandera.
Selain itu, Rocky berpendapat Jokowi dan PDIP masih punya ambisi yang belum terpenuhi. Ia mengklaim Jokowi memiliki ambisi politik baru pada dinastinya. Sedangkan PDIP masih dalam suasana kejengkelan bahwa Jokowi sebagai kader PDIP justru tidak memberi ruang manuver yang cukup pada PDIP.