Bagi China, produksi pembom strategis sangat masuk akal. Hal ini karena Beijing memandang dominasi bagian barat Samudra Pasifik sebagai hal penting bagi keamanannya. Selain karena sejarah invasi maritimnya dan tantangan yang ditimbulkan oleh AS.
Sementara itu, beberapa pengamat mengatakan Bomber Siluman H-20 punya tugas ganda. Pertama sebagai pengintai dan kedua sebagai komando kontrol seperti yang dimiliki Siluman F-35 milik AS. Mereka menyebut hal itu cukup masuk akal, sebab China sendiri tengah mengembangkan rudal jarak jauh; darat dan laut. Sehingga, tidak perlu jaringan pengintaian yang kuat dalam memberikan isyarat pada rudal tersebut.
Baca juga: Warga Hongkong Pilih Pro-Demokrasi
Secara teoritis, Bomber Siluman H-20 dapat berada di depan dan menjadi mata-mata posisi lawan dengan menggunakan radar AESA lalu mengirim informasi ke platform penembakan berjarak hingga ribuan kilometer. Bahkan Bomber Siluman H-20 bisa digunakan untuk peperangan elektronik.
Bomber strategis ini diperkirakan punya radius jarak tempur hingga 8000 km dan daya muat hingga 23 ton. Karena memang dirancang untuk menyerang sasaran di luar ring 2 pangkalan AS yang di antaranya ada di Jepang, Filipina, dan Guam. Bahkan ke rantai pulau ketiga yang meluas hingga ke Hawaii dan pesisir Australia.
Baca juga: Oppo Bikin Prosesor Sendiri, Saingi Samsung dan Huawei