
TIKTAK.ID – Berbicara di hadapan sekelompok pemimpin bisnis dari perusahaan Amerika, Menteri Luar Negeri China menyatakan harapannya agar kebijakan AS “kembali ke objektivitas dan rasionalitas” setelah pemerintahan Joe Biden mulai bekerja.
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi menyerukan agar kedua negara memulai kembali pembicaraan di semua tingkatan, setelah hubungan memburuk selama kepemimpinan Presiden Donald Trump. Dia juga menyarankan pertukaran persahabatan antara bisnis, media dan tokoh politik dapat memungkinkan kedua belah pihak untuk “sepenuhnya bekerja sama di berbagai bidang seperti pengelolaan pandemi, pemulihan ekonomi dan perubahan iklim”, seperti yang dilaporkan RTnews, Senin (7/12/20).
Wang menyatakan bahwa pintu China terbuka lebar setiap saat untuk berdialog dengan pemerintahan baru AS, apakah terkait persoalan komprehensif, jangka panjang, strategis atau spesifik, berharap bahwa “transisi yang stabil” dari hubungan Washington-Beijing akan memungkinkan “kembali ke objektivitas dan rasionalitas”.
Wang juga siap untuk membuatkan mereka peta jalan untuk memelihara dan mengembangkan hubungan bilateral.
Wang menyadari bahwa masalah global yang paling mendesak saat ini adalah mengatasi pandemi Covid-19 dan menawarkan untuk memberikan bantuan kepada AS dengan berbagi pendekatannya untuk mengatasi virus dan menyediakan pasokan medis.
Pernyataan itu muncul setelah dilaporkan bahwa Jeffrey Prescott, mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional pemerintahan Obama, akan ditetapkan untuk menjadi orang penting Biden di China. Prescott dianggap lebih suka mengambil pendekatan yang keras tapi tenang terhadap Beijing dan, pada Juni lalu, dia menyatakan bahwa “Trump telah berbicara keras tentang China, tetapi pertanyaannya bukanlah berbicara keras tetapi apakah Anda mendapatkan hasil atau tidak”.
Harapan Wang tentu sangat beralasan, sebab selama pemerintahan Trump, China dan AS selalu berseteru, mulai dari masalah perdagangan, virus Covid-19, masalah HAM Muslim Uighur, masalah Hong Kong, dan terakhir masalah di Taiwan.
Bahkan tekanan AS terhadap China di masa-masa akhir jabatan Trump semakin gencar dilakukan. Yang terbaru, AS sedang menyiapkan sanksi kepada setidaknya selusin pejabat China yang diduga terlibat dalam diskualifikasi Biejing terhadap oposisi terpilih di Hong Kong.
Langkah itu, akan disusul dengan sanksi terhadap pejabat dari Partai Komunis China (PKC) karena pemerintahan Presiden Trump ingin mempertahankan tekanannya terhadap Beijing pada minggu-minggu terakhir masa jabatannya, sebelum Presiden terpilih Joe Biden mengambil alih posisinya pada 20 Januari.