Pada 10 November 2019, Kepala Angkatan Bersenjata Bolivia, Jenderal Williams Kaliman mendesak Morales mengundurkan diri demi stabilitas dan perdamaian. Morales pun akhirnya mengundurkan diri dari jabatan Presiden Bolivia. Ia mengatakan langkahnya itu dilakukan untuk menghentikan “pelecehan, penganiayaan dan ancaman”, kepada pemimpin sosialis lainnya.
Pendukung Mesa langsung merayakan mundurnya Morales dengan apa yang mereka sebut sebagai “Kemenangan”.
Selanjutnya Morales meminta suaka politik ke Meksiko dan terbang ke negara itu pada 12 November 2019. Dia mengklaim apa yang menimpa dirinya adalah sebuah “kudeta” dan dia berjanji akan tetap terjun di politik Bolivia.
Baca juga: Tolak Tegas Sikap AS, Indonesia Konsisten Sebut Israel Langgar Hukum Internasional
Pengunduran diri Morales selanjutnya diikuti oleh wakil presiden, para pemimpin senat dan majelis rendah Bolivia. Pada situasi kekosongan kekuasaan ini, kemudian wakil pemimpin Senat Bolivia, Jeanine Anez mengangkat dirinya sebagai Presiden Bolivia dan berjanji akan menggelar pemilihan presiden secepatnya.
Namun para pendukung Morales tak terima. Mereka menyerukan bahwa pemimpin mereka adalah korban kudeta. Maka sejak saat itu mereka turun ke jalan dan berhadap-hadapan dengan polisi dan tentara.
Para pendukung Morales memblokade jalan-jalan utama yang menghubungkan ke Ibu Kota Bolivia, La Paz dan kota-kota besar lainnya. Akibatnya seluruh negeri hampir lumpuh sebab transportasi tak bisa berjalan normal. Situasi ini membuat pihak keamanan bertindak represif yang berujung tewasnya puluhan demonstran.
Halaman selanjutnya…