TIKTAK.ID – Situasi di Ibu Kota Bolivia, La Paz semakin memanas dan mencekam. Sejak 20 Oktober lalu sedikitnya 32 orang tewas akibat bentrokan antara demonstran dan Polisi. Para demonstran adalah pendukung mantan Presiden Bolivia, Evo Morales, tulis BBC, Kamis (21/11/19).
Krisis di Bolivia berawal ketika negara itu menggelar Pemilihan Presiden pada Oktober 2019. Saat itu ada dua calon Presiden, yaitu Evo Morales dan Carlos Mesa. Pada saat penghitungan suara, Morales menang. Morales memperoleh 47,08 persen suara dan Mesa dengan 36,52 persen suara. Mesa tak terima dan menuduh Morales melakukan kecurangan.
Tuduhan kecurangan itu semakin diperkuat oleh hasil temuan Organisasi Negara-Negara di Amerika (OAS). Organisasi ini menyatakan dengan tegas menemukan “manipulasi yang nyata” dan meminta hasil pemilhan dibatalkan.
Baca juga: Intelijen Irak Endus Rencana ISIS Bangkit Kembali di Turki
Mesa kemudian memerintahkan pendukungnya untuk turun ke jalan dan menuntut diadakannya pemilihan ulang. Namun Morales menolak tuduhan curang dan mendeklarasikan kemenangannya. Situasi semakin rusuh.
Sejumlah rumah pejabat negara diserang demonstran pendukung Mesa. Akibatnya dua menteri dan juru bicara kongres mengundurkan diri. Situasi bertambah pelik saat polisi di tiga kota memilih bergabung dengan kelompok demonstran Mesa.
Halaman selanjutnya…