
TIKTAK.ID – Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tengah diterpa isu pengambilalihan partai secara paksa atau kudeta. AHY mengklaim upaya kudeta itu melibatkan kader aktif, mantan kader, hingga pihak luar yang notabene berada di lingkaran Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Kemudian Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko dituding sebagai dalang di balik upaya kudeta Partai Demokrat. Beredar pula kabar empat faksi pendiri Demokrat yang menginginkan Moeldoko menyingkirkan AHY.
Menanggapi hal itu, analis politik Exposit Strategic, Arif Susanto mengatakan keberadaan empat faksi itu berpotensi mengancam kedudukan AHY.
Baca juga : Ibunya Jadi Korban, Dino Patti Djalal Minta Anies Ringkus Komplotan Mafia Tanah
Menurutnya, ada beberapa faktor yang bisa melatarbelakangi, seperti tokoh di antara faksi memiliki sumbangsih besar terhadap partai dan relasi baik para tokoh tersebut dengan pihak di luar partai.
“Memang ada potensi [mengancam], dan dalam dua hal ini mereka unggul jauh dibandingkan AHY yang kira-kira karbitan di dalam politik,” ujar Arif, seperti dilansir CNNIndonesia.com, Rabu (3/2/21).
Arif pun menyatakan AHY masih belum matang menjadi pemimpin. Ia menilai hal itu berdasarkan strategi yang ditempuh AHY dalam menghadapi konflik. Ia juga menganggap keliru tindakan mengirim surat permintaan klarifikasi kepada Jokowi atas dugaan kudeta.
Baca juga : ‘Ganjar Malas Salat’ Muncul di Soal Buku Agama SD
“Strategi tersebut untuk menunjukkan kepada publik, ‘tuh lihat, Jokowi kurang ajar’,” ucap Arif.
“Namun opini publik malah mengarah sebaliknya. Pertama, orang tidak percaya dan menjadi tertawaan, loh kok kudeta dari luar. Kedua, dengan meminta klarifikasi kepada Jokowi, maka seolah-olah posisi AHY berada di bawah Jokowi,” imbuh pengamat politik dari Universitas Paramadina ini.
Arif melanjutkan, kelemahan partai politik di Indonesia, termasuk Demokrat, yakni kerap mengandalkan “personalisasi” dibandingkan “institusi” dalam menghadapi suatu masalah. Ia menganggap ketergantungan terhadap personal itu pula yang bisa menjelaskan kemunculan nama Moeldoko dalam prahara kudeta Demokrat.
Baca juga : Viral Video Uang Kertas 100 Rupiah Bergambar Jokowi, Begini Penjelasan BI
“Kebutuhan dari luar pun menjadi tidak terelakkan dalam konteks Partai Demokrat, tapi sekali lagi bukan berarti lebih baik. Kebutuhan itu persis karena personalisasi tadi, memangnya ada tokoh yang sekuat AHY di dalam Partai Demokrat? Sementara itu, dalam tanda kutip ada tradisi militer dalam Partai Demokrat,” tutur Arif.