Sandiaga akhirnya berhasil lulus dengan IPK 4.0. Ia mengaku menyelesaikan studi S1-nya hanya dalam waktu 2 tahun 10 bulan.
“Aku ambil pelajaran ekstra, saat musim panas juga karena aku ingin cepat selesai,” kata Sandi.
Sandi berusaha mempercepat masa studinya karena di Amerika dirinya memiliki beberapa masalah. Mulai dari udara dingin, budaya, hingga makanan asrama. Tidak hanya itu, ia juga punya masalah lambung selama 3 bulan pertama tinggal di Amerika. Meski demikian, lambat laun Sandi bisa menyesuaikan diri dan menyelesaikan kuliahnya dengan cepat.
Baca juga: Erick Thohir Sindir Anies, DP 0 Rupiah Tidak Mendidik
Sebelumnya, pada Selasa (2/4/19), Sandiaga menceritakan di akun jejaring sosial Twitter, bahwa sebenarnya dia ingin berkuliah di Universitas Indonesia (UI). Namun ayahnya malah memberi satu tiket ke AS padanya untuk melanjutkan studi.
“Dulu saya ingin kuliah di Fakultas Ekonomi UI. Tapi Ayah berikan saya selembar tiket berangkat untuk studi ke Amerika. Hanya selembar tiket pergi tanpa tiket pulang. Saya pun belajar bahwa saya harus bisa sukses di negeri orang dan pulang membawa prestasi”, kicau Sandiaga.
Beberapa warganet pun terkesan dengan kisah itu, tetapi tak sedikit pula yang merasakan keganjilan darinya. Seorang warganet menjelaskan, semua orang yang hendak mengenyam pendidikan di AS diwajibkan memiliki surat sponsor dari keluarga yang menanggung penuh kebutuhan finansial calon pelajar atau mahasiswa.
“Semua orang yang pernah sekolah di AS tahu. Bahkan kalau mau naik pesawatnya saja, Anda pasti sudah punya visa F-1 dengan surat sponsor dari keluarga yang menanggung penuh kebutuhan finansial Anda, yang benar saja,” tulis akun @lyndaibrahim, Rabu (3/4/19).