Seolah belum puas dengan upayanya memunculkan kembali memori Kiai sepuh yang kini duduk di kursi RI-2 tersebut, si penulis pun melanjutkan.
“Jika Bapak masih belum ingat juga, Bapak dulu terlibat dalam fatwa haramnya pernikahan beda agama. Tidak hanya itu Bapak juga ikut andil dalam menyusun Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Rumah Ibadah serta menyarankan kepada presiden saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengeluarkan SKB anti-Ahmadiyah. Apakah Bapak juga lupa itu semua?”
Kemudian, dengan nada berlagak maklum bahwa sangat mungkin Ma’ruf Amin mudah lupa karena faktor usia sepuhnya atau justru karena sikap inkonsistensinya, si penulis menyatakan, “Saya sih maklum soalnya itu kejadiannya sudah agak lama, wong Bapak pernah mengatakan bahwa mengucapkan Natal dan Tahun Baru itu haram tapi merevisinya dua tahun kemudian dengan mengucapkannya secara langsung begitu Bapak menjadi calon wakil presiden bersama Bapak Jokowi. Setelah menjadi calon wakil presiden Pak Ma’ruf malah begitu drastisnya berubah 180 derajat. Betapa indahnya toleransi ya, Pak. Sayang jejak digital Bapak mengatakan sebaliknya.”
Tak cukup sampai di situ, si penulis sempat juga menyinggung soal “peran kunci” Ma’ruf Amin yang kala itu menjabat Ketua Umum MUI Pusat dalam mengirim mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ke balik jeruji besi di Mako Brimob hingga 2 tahun lamanya.
Baca juga: Kabar Gembira! Iuran BPJS Kesehatan Kelas Mandiri Dibatalkan MA
“Jejak digital ya memang begitu, Pak. Dia tidak pernah melupakan. Seperti kata mutiara yang dielu-elukan orang-orang yang tersakiti itu, saya bisa saja memaafkan tapi tidak bisa melupakan. Tapi tenang saja Pak, sepertinya Pak Ahok yang kini lebih senang dipanggil BTP itu tidak terlalu mempermasalahkan meski Bapak adalah salah satu orang di balik terseretnya dia ke balik jeruji. Sekarang dia sudah bergabung dengan kubu Bapak untuk bahu membahu membangun negeri. Semua demi cinta Anda kepada rakyat kan, Pak?”
Lalu beralih ke soal lebih umum terkait fakta sulitnya mendirikan rumah ibadah bagi pemeluk agama minoritas di Indonesia. Penulis tanpa segan mempertanyakan, bagaimana peran Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin kali ini untuk menuntaskan masalah yang sudah berlangsung sekian lama dan seolah tanpa solusi pasti itu. Padahal menurutnya, kebebasan beragama di negeri ini dengan tegas sudah sejak lama dijamin Konstitusi.
“Oya mengenai beberapa minoritas yang tidak mendapatkan izin mendirikan tempat ibadahnya itu juga bagian dari toleransi ya, Pak? Toleransi kepada mayoritas, sudah syukur masih diberikan tinggal di Indonesia dan nggak diusir. Bagaimana dengan kebebasan beragama atau berkeyakinan yang dijamin konstitusi kita itu, Pak? Apakah semua itu hanya pemanis bibir?” tanya si penulis masih dengan gaya satire.
Berlanjut ke soal pembangunan “terowongan toleransi” Masjid Istiqlal-Gereja Katedral yang sempat dilontarkan Presiden Jokowi beberapa bulan lalu dan dianggap banyak pihak tidak substansial sebagai upaya membangun toleransi antar umat beragama, penulis yang mengakui dirinya terlalu sensi ini pun secara blak-blakan menyampaikan uneg-unegnya kepada Ma’ruf Amin.
Baca juga: Jokowi Gusar, Gaya Komunikasi Menteri Terawan Soal Corona Bikin Masyarakat Tambah Resah
Halaman selanjutnya…