“Sebagian dari nama-nama besar itu sebenarnya sudah punya alternatif pengganti, namun tetap saja belum memiliki keberanian untuk melakukan regenerasi,” tuturnya.
Dikatakan Umam, kecenderungan mengakarnya status quo di partai-partai politik di Indonesia itu disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, besarnya dominasi patron client di internal partai. Memang tidak ada yang keliru dengan fenomena patron client. Sebab, dalam lembaga partai tradisional hingga modern sekalipun, pola relasi patron client selalu hadir karena faktor histori kepemimpinan, kontribusi sumber daya dan logistik, wibawa dan kharisma pemimpin, trah atau keturunan, hingga tingginya kapasitas ilmu keagamaan dan legitimasi adat yang menjadi basis terciptanya kepercayaan publik terhadap figur pemimpin.
Baca juga: Gak Nyangka! Ternyata Banyak yang Incar Kursi Prabowo di Pucuk Gerindra, Siapa saja?
“Karena tidak ada alternatif kekuatan yang bisa mengimbangi, maka status quo tetap terjaga,” katanya.
Itu sebabnya, keputusan partai Demokrat menyerahkan tongkat kepemimpinan partai berlambang mercy itu lima tahun ke depan kepada AHY, bisa dianggap sebagai pionir dalam hal regenerasi dari kaum tua kepada kaum muda sebagai pengemban estafet kepemimpinan bangsa.