Kata Arya, NasDem sedang mengirim kode keras kepada istana dan partai-partai pendukungnya. Arya menilai, NasDem tak terlalu senang dengan proses pembentukan kabinet yang dilakukan Jokowi.
Tak bisa dimungkiri, Nasdem berkontribusi besar dalam memenangkan pasangan Jokowi-Maruf dalam kontestasi Pilpres 2019. Terlebih, posisi tawar Nasdem lumayan tinggi di DPR dengan 59 kursi atau 10,3% dari total jumlah kursi parlemen. Artinya, NasDem bisa menjadi kekuatan yang diperhitungkan jika melakukan kritik terhadap pemerintah. Hal inilah yang membuat NasDem berani mengirimkan kode kerasnya ke Istana, ujar Arya ke awak media, Kamis (31/10/19).
Baca Juga: ‘Mahar’ Unik Agar Diikuti Balik Akun Twitter Pribadi Susi Pudjiastuti
NasDem tampaknya sadar, masyarakat butuh partai dengan posisi sebagai pengontrol pemerintah, dan PKS lah yang selama ini mengambil peran itu.
Jauh hari sebelum Prabowo Subianto dilantik sebagai Menteri Pertahanan, NasDem pernah mengutarakan pandangannya terkait masalah ini. Melalui Sekjennya, Johnny G Plate, NasDem berpendapat semua pihak akan rugi apabila fungsi checks and balance hilang. Bukan hanya rakyat yang rugi akan tetapi Gerindra juga akan rugi.
Baca Juga: Perintah Prabowo Agar Kader Gerindra Mulai Kritisi Anies Kejutkan Publik
Tentu saja analisis Arya Fernandes belum tentu benar. Terkait masalah bergabungnya Gerindra dalam kabinet misalnya, Sekjen NasDem Johnny G Plate, saat di kantor DPP Nasdem, Jalan RM Soeroso Jakarta Pusat, mengatakan bahwa masalah tersebut adalah hak prerogatif presiden dan lebih daripada itu, saat ini negara membutuhkan soliditas nasional yang kuat.
Bersambung ke halaman 3