“Dalam rancangan tersebut, satu industri hanya untuk satu desa, sehingga sampah tidak keluar dari desa. Satu pasar, satu kelurahan menggunakan satu industri pengelola sampah, sehingga tidak memerlukan banyak tempat untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA),” imbuh Akhmad.
Hal terpenting dari konsep tersebut sebenarnya adalah kemampuannya dalam mengolah semua sampah. Yakni dengan memilah sampah dari sumber, mengolah sampah dari dekat sumber, pelibatan masyarakat, pemerintah, dan industri, untuk menjadikannya sebuah produk yang memiliki manfaat dan harga yang tinggi.
Baca juga: Akhir Tahun Ini Milis Yahoo Resmi Ditutup
Selain berpotensi mengurangi beban APBD dan APBN, aplikasi Masaro sendiri juga diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat, khususnya peternakan dan pertanian. Di samping juga bisa menghilangkan TPA dan TPS.
Lebih lanjut, terkait pengolahan sampah juga ada beberapa fokus riset. Salah satunya adalah membuat sampah menjadi Bahan Bakar Minyak.
“LPTM (Lembaga Profesi Teknik dan Manajemen) sendiri mempunyai tiga fokus riset yang harus dilakukan. Pertama, pengolahan sampah menjadi bahan penguat jalan aspal (plastipal). Kedua, sampah styrofoam menjadi zat pembersih sulfur untuk solar Pertamina, dan ketiga menjadikan sampah menjadi BBM,” terang Akhmad Zainal.
Baca juga: Resmi Diluncurkan di Indonesia, Begini Spesifikasi Realme XT