1. AS Menarget Pejabat Militer Negara “Sekutu”
Meski Irak diklaim sebagai negara “sekutu” AS, namun faktanya adalah bahwa aksi pembunuhan yang dilakukan Trump tidak hanya menarget Jenderal Soleimani tapi juga menyasar salah seorang pejabat militer Irak itu sendiri dan aksi tersebut dilakukan tanpa seizin sang “sekutu”.
Hal itu, selain melanggar undang-undang internasional juga telah menyebabkan parlemen Irak memutuskan mengusir pasukan AS dari negeri mereka.
2. Soleimani Dibunuh Saat Menjalankan Misi Damai
Pompeo beralasan bahwa pembunuhan Soleimani dilakukan karena adanya serangan yang “segera” akan terjadi. Itulah yang disebut kebohongan yang biasa dilakukan oleh mantan Direktur CIA, serupa dengan kebohongan mengenai WMD saat AS menyerang Irak beberapa tahun lalu, karena faktanya adalah: Soleimani datang ke Irak untuk bertemu dengan Perdana Menteri Abdul Mahdi yang bertindak sebagai mediator perundingan dan dialog antara Iran dan Saudi Arabia. Jadi, Soleimani datang ke Irak untuk sebuah misi perundingan damai dan bukan untuk melakukan serangan terhadap Amerika.
3. Soleimani adalah Sosok Pahlawan yang Dicintai
Media pada umumnya, bahkan kelompok Demokrat yang menolak aksi pembunuhan Soleimani dan menolak eskalasi ketegangan dengan Iran selalu menggambarkan Soleimani sebagai orang jahat padahal faktanya adalah bahwa orang-orang Iran dan Irak melihat Soleimani sebagai seorang pahlawan besar. Hal itu terbukti dengan hadirnya jutaan pelayat yang menghadiri acara pemakamannya. Rakyat Irak juga mencintai Soleimani karena dia adalah Jenderal yang berjuang melawan ISIS dan berhasil menghadang keinginan kelompok teroris tersebut menguasai negeri Irak dan lainnya. Sebenarnya AS yang juga mengklaim berperang melawan ISIS telah dengan darah dingin menghabisi salah seorang pejuang penentang ISIS.
Halaman selanjutnya…