Richard Branson, miliarder pendiri Virgin Group, yang memiliki 10 persen saham dari maskapai, mentweet pesan untuk mendukung tim Virgin Australia.
“Aku sangat bangga padamu dan semua yang telah kita raih bersama,” katanya.
Baca juga : Kepala Staf Kepresidenan Nigeria Meninggal Karena Covid-19
“Ini bukan akhir dari Virgin Australia, tapi aku percaya awal yang baru. Aku berjanji kita akan bekerja siang dan malam untuk mengubah ini menjadi kenyataan.”
Pada Senin lalu Branson memperingatkan Virgin Atlantic akan terpuruk bila tak ada bantuan dari negara.
Sementara nasib maskapai lain seperti Norwegian Air mengumumkan empat anak perusahaannya di Swedia dan Denmark telah menyatakan bangkrut, dan ANA Jepang memangkas perkiraan laba bersih tahunan sebesar 71 persen.
Baca juga : Kebakaran Hutan Dekat Pembangkit Nuklir Chernobyl, Picu Kekhawatiran Penyebaran Radiasi
Amerika Serikat telah menyisihkan miliaran dolar untuk mendukung maskapai raksasa American Airlines, Delta Air Lines, Southwest Airlines dan United Airlines.
Hilangnya Virgin akan menjadi pukulan berat bagi warga Australia, yang bergantung pada perjalanan udara untuk berkeliling di negara yang luas itu. Serta untuk masa depan industri pariwisata yang mulai terhuyung-huyung akibat kebakaran hutan berbulan-bulan dan krisis Corona.
Australia hanya memiliki dua maskapai penerbangan layanan penuh, Virgin dan maskapai berbendera Qantas, yang memiliki dua anak cabang maskapai, Tiger Air dan Jetstar.
Baca juga : Pertempuran Sengit Dua Faksi Militer Libya Gagalkan Upaya Bersama Lawan Corona
Pemerintah Australia mendesak investor asing Virgin yang secara kolektif memiliki saham 90 persen -termasuk Singapore Airlines dan Etihad Airways- untuk datang menyelamatkan maskapai ini.