Survei lain dari Yayasan Taiwan untuk Demokrasi mencatat 82 persen responden berusia antara 20 dan 29 tahun menyatakan bersedia membela Taiwan bila “Tiongkok menggunakan kekuatan militer untuk memaksa Taiwan masuk ke wilayahnya”.
Asisten profesor di departemen ilmu politik Universitas Nevada, Austin Wang mengatakan bahwa rasa identitas unik yang berkembang ini telah menjadi salah satu tren paling signifikan di Taiwan selama 30 tahun terakhir.
Baca juga :Mengapa Tingkat Kematian Covid-19 di Jerman Rendah? Begini Analisa para Ahli
Dia mengatakan sementara generasi yang lebih tua masih melihat diri mereka sebagai bagian dari Cina, kaum muda memiliki ide yang berbeda. Dia menambahkan bahwa kebanyakan pemuda menentang penyatuan Cina.
“Untuk generasi muda yang hanya mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Taiwan, mereka kebanyakan melihat kasus Hong Kong [protes] sebagai contoh [pemerintahan Cina],” kata Wang.
“Meskipun mantan rezim otoriter KMT (pro-Cina) mencoba membujuk orang Taiwan untuk menjadi Cina, pemisahan de facto telah membuat orang Taiwan dan China berbeda dalam banyak aspek,” katanya, merujuk pada partai Kuomintang (KMT) yang berkuasa saat itu dan memberlakukan darurat militer di Taiwan dari tahun 1949 hingga 1987.