Anggota dewan distrik di wilayah biasanya tak banyak peminatnya karena tak memiliki kekuatan politik dan hanya menangani masalah-masalah lokal seperti rute bus dan pengumpulan sampah.
Namun ada hal lain yang juga menarik. Dengan kemenangan ini artinya, kelompok pro-demokrasi juga akan memiliki kesempatan lebih besar untuk memilih kepala eksekutif Hongkong. Kepala eksekutif ini kemudian diresmikan pemerintah China. Pemilihannya sendiri akan dilakukan pada 2022.
Baca juga: Aksi Brutal di Tengah Bayang-Bayang Kehancuran Hongkong
Hasil pemilihan ini juga bisa diartikan bahwa pemilihan kali ini adalah ruang ekspresi bagi warga Hongkong melihat penanganan pemerintah atas demonstrasi yang dilakukan warga Hongkong selama berbulan-bulan. Terutama kepada kebijakan pemimpin Hongkong Carrie Lam dalam menangani krisis.
Padahal, Beijing berharap para pemilih akan menyuarakan apa yang disebut Beijing dengan “mayoritas diam”. Yaitu mereka yang tak setuju dengan protes tersebut akan memilih perwakilan dari pro-Beijing.
Baca juga: Polisi Bolivia Paksa Demonstran Tinggalkan Peti Jenazah Rekan Mereka di Jalanan
Namun ternyata harapan Beijing ini tumbang. Sebagai tumbalnya, banyak kandidat pro-Beijing yang terkenal kehilangan kursi mereka. Sebab warga Hongkong lebih memilih kandidat pro-demokrasi.
Dengan kemenangan ini, aktivis pro-demokrasi berharap mampu memaksa pemerintah untuk menanggapi semua tuntutan mereka dengan lebih serius.