Para pejabat Yunani sangat sadar, bahwa meningkatnya kekerasan di Suriah, terutama di provinsi Idlib, yang dikuasai pemberontak yang menjadi sasaran pasukan Suriah yang didukung Rusia. Dengan kondisi itu, maka hanya masalah waktu sebelum Yunani menghadapi gelombang besar pencari suaka dari Turki.
Dalam beberapa bulan terakhir, jumlah para pengungsi semakin banyak jika dibandingkan dengan kedatangan mereka pada awal 2016. Yaitu ketika Suriah mencapai puncak konflik, dan hampir satu juta warga Suriah terlantar ketika berusaha memasuki Eropa melalui pulau-pulau Aegean.
Hampir 43.000 pria, wanita dan anak-anak terdaftar di Lesbos, Samos, Chios, Leros dan Kos di kamp-kamp yang awalnya dirancang untuk menampung 5.400 orang. Tidak ada sudut lain di benua ini yang menjadi titik masuk paling sibuk untuk imigran ilegal ke UE, selain melalui Yunani.
Pada Rabu, Menteri Imigrasi Yunani, Notis Mitarachi mengklaim kamp-kamp baru ini akan secara dramatis mengurangi jumlah pengungsi dan imigran di pos-pos sebelumnya. Ia bersikeras bahwa setiap kamp akan menampung 5.000 orang.
“Kami menciptakan 20.000 kamp di pulau-pulau itu ketika saat ini ada lebih dari 42.000 kamp,” katanya kepada radio SKAI. “Saya menjadi tidak bertanggung jawab jika membiarkan pulau-pulau itu tidak disiapkan untuk menghadapi arus migrasi. Kami meminta warga untuk percaya kepada kami.”