SBY memberikan prediksinya tentang Amerika setelah berbagai aksi solidaritas dan di puluhan tempat yang tersebar di berbagai negara bagian Amerika. Prediksi tersebut meliputi tiga skenario yang mungkin terjadi.
Baca juga : Susi Air PHK Karyawan Imbas Corona, Susi Pudjiastuti: Situasi Memang Tidak Memungkinkan
Skenario pertama, melalui penanganan dengan perpaduan antara persuasi dan law enforcement sehingga aksi solidaritas yang rusuh mereda.
Skenario kedua, unjuk rasa makin meluas bahkan pemerintah dan militer tidak dapat mengatasi atau meredakannya. Sehingga Pemerintah Federal “terpaksa” bernegosiasi bersama elemen perlawanan masyarakat dengan pemberian konsesi tertentu.
Skenario ketiga, saat situasi semakin memburuk dalam hal sosial, keamanan dan politik. Dengan indikasi aksi-aksi kekerasan dan perusakan semakin tinggi intensitasnya. Sehingga pemerintah pusat mengambil alih penanganan dengan mengerahkan tentara federal (US Military Forces).
Baca juga : Ada Gerakan yang Akan Kudeta Jokowi, LPI Klaim Kantongi Nama para Tokohnya
SBY tidak melanjutkan prediksinya terhadap arah perubahan yang mungkin terjadi bagi Amerika.
“Saya juga tidak tahu apakah Amerika memerlukan ‘nation building’ yang baru. Misalnya diawali dengan dialog yang tulus antara kaum minoritas dan mayoritas. Antara kulit hitam dan kulit putih. Entahlah. Saya harus berhenti di sini. Takut salah.”
SBY menutup artikelnya dengan pandangan bahwa Amerika perlu berdialog secara internal tentang kebangsaan maupun dialog bersama bangsa-bangsa lain di dunia.