Pengawas konsumen negara bagian Rusia, Rospotrebnadzor mengatakan pada Sabtu lalu bahwa pihaknya telah menjalankan total lebih dari 156.000 uji virus Corona. Sebagai perbandingan, menurut angka CDC, Amerika Serikat mulai melakukan pengujian pada awal Maret, sementara Rusia mengatakan telah menguji secara massal sejak awal Februari, termasuk di bandara, dengan fokus pada pelancong dari Iran, China, dan Korea Selatan.
Namun, ini tidak berarti bahwa tidak ada titik lemah di pertahanan Rusia. Rusia tidak segera menguji mereka yang tiba dari Italia atau negara-negara Uni Eropa lainnya yang terkena dampak buruk, dan mengontrol kedatangan dari Eropa untuk mengukur suhu dan memaksakan karantina dua minggu. Sebab, pejabat kesehatan Rusia mengatakan mayoritas kasus virus Corona yang dilaporkan di Rusia dibawa dari Italia.
Baca juga: Ini Penyebab Ratu Inggris Hengkang dari Istana dan Isolasi Dirinya di Kastil Windsor
Namun, klaim Putin itu dibantah oleh seorang dokter yang bekerja untuk tokoh oposisi Rusia Alexey Navalny bernama Anastasia Vasilyeva. Dia mengklaim Pemerintah Rusia menutupi jumlah kasus virus Corona dengan menggunakan vonis diagnosis pneumonia dan infeksi pernapasan akut.
“Anda lihat mereka mengatakan pasien virus Corona pertama yang meninggal, bahwa penyebab kematiannya adalah trombosis,” kata Vasilyeva kepada CNN. “Itu sudah jelas, tidak ada yang mati karena virus Corona, mereka mati karena komplikasi, jadi sangat mudah untuk memanipulasi ini.”
Pejabat kesehatan Moskow membantah tuduhan itu dan mengatakan mereka sedang menguji pasien pneumonia untuk virus Corona. Vujnovic dari WHO juga tak yakin dengan klaim Vasilyeva.
Halaman selanjutnya…