Enam mobil teronggok di tempat parkir di halaman beraspal depan rumah. Sedan Swift, 2 mobil Kijang 1800 cc, Innova, minibus SUV Escudo dan All New Xenia berplat nomor B 805 EVE terparkir dengan posisi menyiku. Entah siapa saja pemilik masing-masing kendaraan roda empat tersebut.
Dua pohon Beringin nan teduh yang jadi saksi diam tentang kisah hidup pemilik rumah, masih berdiri kokoh di taman depan rumah.
Selain itu, atap rumah bergenteng warna oranye tampak kusam bahkan berlumut.
Baca juga: Astaga! Fraksi PKS Usul Pemerintahan Jokowi Ekspor dan Legalkan Ganja
Sedikit detail yang bisa terlihat di depan rumah. Ada kurungan burung bercat putih setinggi 1 meter berdiri di sudut kanan depan rumah. Cat putih yang mewarnai rangka kurungan tersebut pun tampak pudar.
Menengok ke atap rumah di sisi belakang, ada bangunan berlantai dua dengan arsitektur bangunan serta corak warna dinding yang sama.
Lintasan mobil selebar 3 meter terhampar mulai pos keamanan sampai di depan lobi utama rumah. Dua daun pintu terbuat dari kayu cokelat muda dengan posisi terbuka pada depan lobi rumah seperti senantiasa siap menyambut para tamu.
Saat tak ada tamu yang mengunjungi rumah tersebut, yang ada hanya gelap, sepi dan hening. Seperti itulah kesan awal yang muncul saat kaki menapaki halaman rumah tersebut.
Saat ini, rumah Cendana yang sempat jadi pusat pengambil kebijakan semasa Soeharto memimpin Republik Indonesia itu tak dihuni pasca Soeharto wafat pada 27 Januari 2008.
Tak seorang pun dari keenam putra-putri almarhum Soeharto sudi menempati rumah yang dipenuhi kisah hidup Presiden ke-2 Rl yang berkuasa selama 32 tahun itu.