
TIKTAK.ID – Tidak sedikit dari banyak orang yang menjadikan buka puasa sebagai balas dendam. Mereka makan dan minum dengan jumlah atau porsi yang sangat banyak. Padahal ternyata, kebiasaan tersebut dapat berdampak buruk bagi tubuh.
Seorang ahli gizi komunitas, dr. Tan Shot Yen mengatakan bahwa mengawali buka puasa tidak usah terlalu berlebihan. Menurutnya, buka puasa cukup dengan air putih terlebih dahulu. Sebab, hal seperti ini sangat penting dalam mengembalikan cairan tubuh ketika sedang bepuasa.
“Kemudian yang paling penting dalam membatalkan puasa adalah rehidrasi. Lalu rehidrasi yang utama adalah air putih, bukan kolak, bukan es teh manis, dan bukan juga cendol,” terang dr. Tan Shot Yen.
Ia menambahkan, kebiasaan terlalu banyak menyantap makanan saat buka puasa, bakal menimbulkan hal yang tidak baik bagi tubuh. Sejumlah dampak akan muncul beberapa menit setelahnya, bisa saja sakit perut bahkan hingga muntah.
“Sebab sebelumnya kita menahan makan dan minum selama kurang lebih 13 jam, sebaiknya konsumsi makanan ringan terlebih dahulu. Paling tidak air putih.”
“Jangan tiba-tiba langsung dihajar dengan makanan berat. Sebab, hal tersebut bakal menimbulkan sakit perut dan bahkan berakibat muntah.”
Sementara itu, ia menyarankan agar seseorang memiliki jadwal makan dan minum secara teratur pada saat bulan puasa. Ketika berbuka puasa, dianjurkan untuk mengonsumsi makanan seadanya. Namun yang penting makanan tersebut memiliki gizi dan nutrisi yang tinggi.
“Apabila ingin membatalkan puasa ketika sudah waktunya, paling tidak dengan cara yang sopan. Seperti minum air putih dan makan ringan, seperti kurma. Itu saja sudah lebih dari cukup.”
“Setelah itu, salat Magrib terlebih dahulu. Di sela waktu itu, tubuh sudah siap atau ready untuk makan dengan porsi sebenarnya. Anda bisa makan dengan isi piring yang lebih komplit.”
“Namun jangan sampai makan hingga kebanyakan, bahkan air yang semestinya bisa untuk delapan gelas, malah menjadi tidak punya tempat. Padahal, rehidrasi itu sama pentingnya dengan makan,” jelas dr. Tan Shot Yen.